pengalamanku dengan wira

by cerita bokep.... | 22.25 in |

Perkenalkan dulu, namaku Nina. Kisah ini kutulis untuk Pembaca. Maaf barangkali kisah ini tidak tersampaikan dalam bahasa yang bagus, karena aku tidak mempunyai pengalaman sedikitpun dalam hal tulis-menulis dan olah kata.


Sampai aku lulus SMA. Pada saat itu aku dilamar seorang pria yang masih ada ikatan saudara, sebut saja Mas Wira. Orangnya ganteng dan orangtuanya cukup kaya. Aku waktu itu baru berusia 19 tahun. Sebenarnya memang aku sudah naksir sama Mas Wira. Maka waktu aku dilamar, walaupun masih sangat muda, aku sih mau saja. Kupikir walaupun sekolah terus, toh nanti juga akan di rumah mengurus keluarga, karena Mas Wira tidak mengizinkan aku bekerja. Kasihan anak-anak katanya. Tentu saja yang paling penting, bagaimana setelah kami dikawinkan dan mengarungi hidup ini bersama Mas Wira.

Beberapa bulan sebelum perkawinan kami, dalam masa pacaranku yang singkat, aku mendapatkan pengalaman mengenai penis laki-laki. Pada hari libur aku dan Mas Wira sering berpergian berdua dengan sepeda motor. Tetapi pacaran kami yang nyerempet-nyerempet bahaya justru terjadi di rumah Mas Wira. Ciuman pertama berlangsung di gedung bioskop, waktu nonton berdua. Itupun belum dapat dinikmati betul. Tapi karena pertama kali rasanya luar biasa. Kalau untuk ukuran jaman sekarang, ciuman di bioskop itu rasanya lucu dan hambar. Kurang nafsu. Setelah menjadi suami istri aku sering diledek oleh suamiku mengingat ciuman di bioskop itu. Pertama kali aku melihat kemaluan laki-laki adalah punya Mas Wira. Hal itu terjadi waktu aku hanya berdua di rumah Mas Wira. Kami berdua ditinggal kondangan oleh orang tua Mas Wira. Kami berciuman sepuasnya dan Mas Wira meremas-remas buah dadaku dengan penuh nafsu. Karena nafsu semakin naik, Mas Wira sampai merogoh kemaluanku. Aduh rasanya takut-takut nikmat. Celana dalamku dipelorotkan sampai ke pahaku.
"Nin kamu pengin lihat punyaku nggak?" tanya Mas Wira. Aku diam saja, rasanya takut dan malu sekali. Tapi Mas Wira langsung membuka sarungnya dan melorotkan celana dalamnya. Aku kaget juga melihat penis Mas Wira yang tegang tegak berdiri. Kepalanya 'mbendol,' dan aku jadi teringat waktu aku melihat penis kuda waktu aku masih kecil. Kelihatan urat-uratnya menonjol di kiri-kanan batang penisnya. Tanganku dituntun Mas Wira untuk memegangnya. Aku segera menggenggamnya dan memijit-mijitnya. Aduuh, rasanya berdebar-debar sekali. Aku betul-betul telah memegang dan menggenggam penis laki-laki. Aku mengelus-elus kepalanya. Mas Wira menggeliat dan mendesis, "Aduuh geli... Nin", katanya. Saat itu kami hanya sampai memegang-megang saja. Kami belum berani bertindak lebih jauh. Itupun malam harinya aku teringat-ingat penis Mas Wira yang tegang dan besar. Apakah nanti muat kalau masuk ke vaginaku? Dan ini aku ketahui pada malam pengantin kami.

Setelah pesta selesai dan saudara-saudara telah pulang, baru terasa betul bahwa kami sangat capai dan mengantuk. Kami berdua masuk kamar pengantin kami. Karena sudah suami-isteri rasanya justru tidak malah santai dan tidak tergesa-gesa, tidak begitu menggebu-gebu untuk mulai bercumbu. Kami ganti pakaian, aku pakai daster dan Mas Wira pakai sarung dan kaos oblong. Kami berhadapan dan berciuman dengan mesra, saling meraba dan membelai. Entah siapa yang memulai, tahu-tahu dasterku telah terlepas, celana dalamku telah lepas pula, BH-ku telah jatuh. Mas Wira membuka sarung, celana dalam dan kaos oblongnya. Telanjang bulat berdua. Mas Wira sudah nafsu sekali. Aku dibaringkannya di kasur. Mas Wira menciumi seluruh wajah dan badanku dari atas sampai bawah. Tangannya berhenti di vaginaku, dielus, dibelai dikilik-kiliknya kelentitku. Liangku sudah basah. Tidak kalah semangat, penis Mas Wira kugenggam kuat-kuat dan kuelus-elus kepalanya. Mas Wira mulai menindihku, menciumiku. Ternyata berat juga!


untuk membaca lebih lanjut bisa membacanya disini
klik saja

0 komentar: