Kenikmatan di Villa

by cerita bokep.... | 12.13 in | komentar (2)

Kejadian ini sebenarnya terjadi tahun 1999, bertepatan dengan ulang tahun
pacarku yang ke 20. Pacarku bernama Maria, dia wanita blasteran Menado-Belanda.
Tentu saja wajahnya sangat cantik, ukuran tubuhnya adalah, tinggi 172 cm, berat
55 kg, payudara 38B. Payudaranya sangat seksi dan besar, belum lagi kulitnya
yang putih bersih. Pokoknya dia mampu membuat saya gemetaran. Aku sendiri
berumur 25 tahun, ciri-ciriku adalah, tinggi 178 cm, berat 68 kg, kulitku sawo
matang, dan aku berasal dari Jawa. Sebenarnya aku sangat beruntung mendapatkan
Maria, tapi selama 4 bulan pacaran, aku tidak pernah menyentuhnya lebih jauh.
Aku hanya menberikan ciuman dan pelukan, aneh bukan..? Tetapi itu semua karena
gaya pacaranku memang demikian. Aku tidak ingin merusak pacarku sendiri.

Maria kekasihku adalah wanita yang sempurna. Dia selalu memakai baju-baju ketat
dan terbuka. Tentu saja keseksian tubuhnya akan terlihat jelas dan membuat semua
pria ingin melahap tubuhnya, apalagi aku sebagai pacarnya. Orang-orang pasti
berpikir bahwa aku pernah menyetubuhinya. Itu semua tidak benar, karena aku
selalu mengendalikan diriku dan selalu menolaknya jika dia mulai menggodaku dan
bermesra-mesraan denganku. Penolakan itu ternyata berakibat fatal, karena Maria
mulai gencar melakukan gaya-gaya yang membuatku bergairah. Aku mulai merasa dia
menjadikanku sasaran kepenasarannya. Mungkin karena sikap dinginku kepadanya.
Aku bisa melihat dengan jelas kedua mata indahnya itu seakan memelas agar aku
mau menyentuhnya dan membawanya ke surga kenikmatan. Tetapi tetap saja aku tepis.

Hingga akhirnya, ketika Maria akan berulang tahun dan merayakannya hanya
denganku. Dia menyuruhku datang ke villa keluarganya, tentu saja tidak ada siapa-siapa
kecuali pembantunya. Lalu pada malam harinya, aku datang dengan membawa seikat
bunga untuk Maria. Pembantunya mempersilahkan aku duduk di ruang tengah,
sementara itu dia memanggil Maria majikannya. Tiba-tiba dalam kesendirianku, aku
dikejutkan dengan ciuman yang mendarat di pipi kananku dari belakang.
"Eh.., udah datang..!" ucap Maria sambil duduk di sebelahku.
"Iya.., met ultah sayanku..." jawabku sambil memberikan bunga yang kubawa
untuknya.
Kedua mataku sibuk memperhatikan Maria, karena penampilanya sungguh luar biasa.
Dia cantik sekali dengan pakaian sackdress-nya. Aku tidak mempedulikan ocehan
Maria, karena konsentrasiku kini pada tubuhnya yang sexy. Aku tahu kalau Maria
tidak memakai BH karena putingnya tercetak jelas. Hampir saja aku menggigit
lidahku karena disuguhkan pemandangan seperti itu.

Maria yang terdiam rupanya memperhatikanku dan tersenyum genit.
Dia mendekatiku dan membisikkan kata-kata, "Aku akan memberikannya padamu
sayangku..."
Ucapannya itu membuat aku berdebar-debar. Kemudian Maria berjongkok di antara
kedua kakiku. Aku bisa melihat pahanya yang mulus dan CD-nya yang berwarna cream
tersembul disana. Aku terhipnotis, dan tanpa kusadari batang kemaluanku mulai
hidup. Maria membuatku gila karena dia mulai mengusap-usap batang kejantananku
dari balik celanaku. Tetapi usapannya itu telah mampu membangkitkan batang
kejantananku yang semakin tegang.

Maria mulai membuka resleting celanaku, dan nampaklah kepala batang kejantananku
yang sudah keluar dari CD-ku. Maria terus menarik celanaku dan CD-nya, hingga
aku telanjang. Aku merasakan tanganya yang halus mulai mengusap-usap batang
kejantananku.
"Uh..." aku merasakan getaran kenikmatan telah muncul.
Kemudian Maria mengulumnya, menjilatinya dari ujung hingga pangkal batang
kemaluanku. Aku mulai tidak tahan, nafasku memburu saat kocokan-kocokan mulutnya
mulai beraksi. Kedua tanganku menyentuh payudaranya dan aku mulai meremasnya.

"Akhhh..." aku mendesah tidak karuan.
Maria memang pintar, dia menghisap kontolku dengan kuat.
"Slurrrppp... slurrrppp... " yang membuatku semakin gila.
Kuelus-elus tengkuknya dengan tangan kiriku, sedangakan tanganku yang kanan
masih meremas-remas payudaranya. Aku menikmati perlakuannya hingga aku merasa
akan mengeluarkan sesuatu.
"Sayang... aku mau keluar..." ucapku padanya.
Maria seakan mengerti, dia menghisap batang kejantananku dengan cepat dan, "Akh..,
Crot.., crottt.., crott..." terlontarlah spermaku di dalam mulutnya.
Tanpa merasa jijik, dia menelannya. Kemudian dia mulai membersihkan kejantananku
dengan jilatan-jilatannya.

Setelah bersih, Maria bangkit dan mendorongku ke sofa untuk bersandar. Kemudian
dia mulai menciumku, aku pun membalasnya. Kupagut bibirnya yang sensual itu
sambil kuelus punggungnya. Aku memainkan lidahku di dalam mulutnya. Kusandarkan
tubuhnya di sofa, dan aku segera turun dan berjongkok tepat di antara kedua
pahanya yang sudah dibuka Maria lebar-lebar. Kuciumi Maria terus menerus,
kemudian lehernya kujilati dengan lembut.
"Ahhh... ahhh..." desahan-desahan mulai keluar dari bibirnya.
Aku menarik resleting bajunya dan kuturunkan, hingga nampaklah payudara 38B-nya
yang luar biasa itu. Aku tidak tinggal diam, aku mulai menjilatinya.
"Slurrppp... slurrppp... sssh.."

Aku kecup payudaranya yang besar itu, "Cup... cup..."
Maria mengeluarkan lenguhan-lenguhan kenikmatan, "Oh.., oh... sayang..."
Aku teruskan dengan menghisap payudaranya kuat-kuat.
Maria mendesis, "Ohhh..," sambil menjambak rambutku.
Kemudian kupilin-pilin putingnya yang sudah keras itu.
"Ohhh.., akhhh.., ssshhh..." nampaknya Maria menikmatinya.
Aku mulai turun ke CD-nya, kuturunkan berikut dengan bajuku juga. Hingga
nampaklah vaginanya yang sudah basah. Aku langsung menjilatinya.
"Slurrppp.., slurrrrppp.., oh... oh..." desahan Maria membuat aku semakin tegang.
Kuteruskan jilatanku, kumainkan lidahku di dalam liang kewanitaannya.
"Akhh..," jeritannya yang bersamaan dengan pahanya yang menjepit kepalaku dengan
kuat.

untuk membaca lebih lanjut bisa membacanya disini
klik saja

Teman baikku bernama Yuni

by cerita bokep.... | 11.48 in | komentar (0)

Sejak pengalamanku dgn Mbak Wulan aku telah melakukan kegiatan seks dgn beberapa
wanita lain. Berkat bimbingan Mbak Wulan aku jadi lumayan ahli dlm hal seks
untuk anak seumurku (20 thn-an) pada waktu itu. Aku pun jadi percaya diri dlm
berhubungan dgn wanita.

Setelah berhubungan seks dgn bbrp wanita aku jadi menarik kesimpulan bahwa ada
dua jenis manusia dlm urusan syahwat ini. Yg pertama adalah yg menurut istilahku
sendiri aku sebut "pelahap seks" dan yg kedua adalah "penikmat seks".

Pelahap seks dan penikmat seks sebetulnya adalah sangat mirip, keduanya sama²
sangat menyukai seks. Bedanya, pelahap seks biasanya melakukan kegiatan seks
hanya untuk memenuhi birahinya saja. Ibarat orang makan itu tujuan utamanya
adalah mencari kenyang, kurang mementingkan rasa dari apa yg dia makan. Jangan
salah, pelahap seks tidak harus orang yg hyper-sex, nafsu birahi dia bisa biasa²
saja.

Sebaliknya, seorang penikmat seks melakukan kegiatan seks dgn tujuan utama
menikmati seks itu sendiri. Ibarat orang makan itu dia lebih mementingkan cita
rasa makanannya. Kadang sekalipun dia tidak makan kenyang tapi bisa menikmati
apa yg dia makan. Agak susah memang menerangkan hal ini, tapi itu lah yg aku
simpulkan.

Mbak Wulan (dan aku) adalah para penikmat seks. Kami sangat menikmati apa yg
kami lakukan tanpa harus berbuat berlebihan.

Berbeda dgn para wanita lain yg pernah berhubungan seks dgnku, mereka semua
masuk kategori pelahap seks. Memang selama melakukan kegiatan seks dgn mereka
aku selalu "kenyang" tapi hampir² tidak bisa menikmatinya secara lahir bathin.
Semuanya berlalu tanpa kesan. Aku sampai agak pesimis apakah aku akan menjumpai
seorang wanita penikmat seks seperti Mbak Wulan. Sampai satu saat aku bercinta
dgn Yuni.

Maaf kepada para pembaca kalau pendahuluanku terlampau panjang dan berlarut. Se-mata²
aku hanya ingin memberikan gambaran bathin apa yg aku rasakan sehingga para
pembaca bisa lebih memahami apa yg aku rasakan dalam cerita pengalaman nyataku
berikut ini.

Hubunganku dgn Yuni sebetulnya cukup dekat. Kami adalah teman kuliah satu
angkatan dan satu jurusan. Jadi hampir setiap hari kami bertemu. Kami sering
mengerjakan tugas² bersama. Saling menceritakan kehidupan pribadi kami bukan hal
yg asing antara aku dan Yuni. Kami sudah menjadi sahabat yg cukup akrab. Aku
juga tahu bahwa Yuni sudah punya pacar sejak SMA dan mereka sudah merencanakan
untuk menikah setelah Yuni lulus nanti. Saat itu kami masih di semester 6.

Secara fisik Yuni cukup menarik. Wajahnya berbentuk oval dan manis. Tidak
terlalu cantik tapi jelas tidak bisa dikatakan jelek. Tingginya sekitar 160 cm,
beratnya seimbang. Rambutnya dipotong pendek dgn poni di dahinya. Kulitnya cukup
putih untuk ukuran orang Indonesia. Pokoknya tidak memalukan lah kalau kita ajak
jalan dia di tempat umum. Sayang ada satu kekurangannya, Yuni kurang bisa
bersolek, kesannya malah agak tomboy. Ke-mana² dia hampir selalu pakai celana
jeans dgn kemeja agak longgar. Padahal perilakunya sangat feminin, jadi agak
kontras dan kurang cocok.

Sore itu aku sedang mengerjakan tugas di perpustakaan kampus. Yuni juga
kebetulan ada disana, tapi dia di meja lain dgn beberapa teman. Aku asyik
mengerjakan tugasku sendiri sehingga aku tidak memperhatikannya. Tiba² ada orang
yg duduk di seberang meja. Aku lihat ternyata Yuni.

"Ngerjain apa Ben? Kok asyik banget"
"Eh ... ini tugas makalah metodologi. Kamu udah selesai Yun?"
"Yuni mah udah kelar kemarin²."
"Enak dong udah bisa santai, aku juga udah hampir selesai kok."
"Ben ke kantin yuk ... haus nih."

Aku bereskan kertas² tugasku lalu aku kembalikan buku² referensi ke raknya. Kami
berdua berjalan bareng ke kantin. Obrolan kami lanjutkan di kantin sambil minum.

"Yun, aku kok udah lama ndak liat kamu sama Mas Robby. Kemana dia?"

Mas Robby adalah pacar Yuni. Dia sudah bekerja tapi biasanya suka menjemput Yuni
di kampus. Aku tidak terlalu kenal dia cuman sebatas "say hello" saja.

Mendengar pertanyaanku tadi Yuni cuma menghela napas panjang. Wajahnya yg manis
tiba² tampak muram. Dgn agak lirih dia menjawab,

"Kami sudah putus Ben."
"Oh ... sorry Yun. Kalau boleh tahu, kenapa Yun?"

Yuni kembali menghela napas panjang. Aku tahu mereka sudah pacaran cukup lama,
mungkin ada lebih dari 3 thn. Jadi aku tahu bagaimana perasaan Yuni saat itu.
Pasti berat buat dia.

Akhirnya Yuni bercerita kalau Mas Robby ternyata dekat dgn wanita lain. Ketika
Yuni minta penjelasan dari dia ternyata Mas Robby malah marah². Akhirnya dua
minggu yg lalu Yuni tidak mau lagi ketemu dgn dia. Sungguh malang nasib Yuni,
padahal mereka sudah begitu dekat dan mereka sudah melakukan hubungan layaknya
suami istri. Secara eksplisit memang Yuni tdk pernah bicara ttg hal ini kepadaku,
tapi dari gelagatnya aku yakin itu.

Pembicaraan kami sore itu jadi melankolis dan kelabu. Seperti mendung kelabu yg
menggelayut di langit. Satu hal yg aku kagumi dari Yuni, dia begitu tegar
menerima kenyataan ini. Tak ada setitik air mata pun yg mengambang di matanya
saat menceritakan perpisahannya dgn Mas Robby.

Langit sudah agak gelap pertanda datangnya senja ketika kami keluar dari kantin
untuk pulang. Aku tawarkan Yuni untuk mengantarnya pulang dan dia setuju. Dalam
perjalanan pulang, Yuni yg duduk di boncengan motorku tak berkata sepatah pun.
Kami pun sampai di rumah Yuni.

"Masuk dulu yuk Ben," ajak Yuni sambil membuka kunci pintu rumahnya.

Beberapa kali aku pernah mengantar pulang Yuni tapi aku tidak pernah mampir ke
rumah Yuni. Kali ini kebetulan aku kebelet kencing, jadi aku mau diajak masuk
rumahnya.

"Aku mau numpang ke kamar mandi Yun."
"Disitu Ben," Yuni menunjuk ke salah satu pintu.

Aku segera menuntaskan urusanku di kamar mandi. Rumah Yuni sangat sederhana tapi
sangat bersih dan tertata rapi. Keluarga Yuni memang bukan golongan orang yg
berada. Senja itu suasana rumah Yuni sepi² saja.

"Kok ndak ada orang Yun. Orangtuamu kemana?"
"Sudah 2 hari di rumah Mbak Dewi di Solo. Dia kan baru saja melahirkan anak
pertama."

Yuni pernah cerita kalau dia hanya dua bersaudara. Kakaknya, Mbak Dewi, sudah
menikah dan tinggal di Solo. Jadi saat itu Yuni sendirian di rumah.

Aku baru saja hendak berpamitan dgn Yuni ketika tiba² mendung tebal yg sedari
tadi menggantung di langit turun menjadi hujan yg cukup lebat.

"Pulang ntar aja Ben, Hujan tuh. Yuni bikinin kopi ya."

Tanpa menunggu jawabanku Yuni segera ke dapur dan aku dengar detingan cangkir
beradu dgn sendok. Aku duduk di sofa di ruang tamu yg sekaligus berfungsi
sebagai ruang keluarga itu. Tak berapa lama Yuni muncul dgn secangkir kopi yg
masih mengebul di tangannya.

"Kamu ngopi dulu Ben. Yuni mau mandi dulu bentar."

Yuni kembali ke dalam dan sejenak kemudian aku dengar deburan air di kamar mandi.
Aku duduk santai sambil menghirup kopi hangat yg dibuatkan Yuni. Di luar hujan
semakin bertambah lebat sambil sesekali terdengar bunyi guruh di kejauhan.
Suasana sudah bertambah gelap, apalagi lampu rumah belum dihidupkan.

Tiba² lampu jadi hidup terang benderang menerangi ruang tamu itu. Ternyata Yuni
yg telah selesai mandi menghidupkan lampu. Aku menatap Yuni dgn pangling.
Sekarang dia mengenakan kaos ketat berwarna biru tua dipadu dgn celana pendek yg
sewarna. Aku melihat Yuni yg lain dari yg aku kenal. Kaos ketatnya
memperlihatkan lekuk tubuhnya yg nyaris sempurna yg biasanya tersembunyi di
balik kemeja longgarnya. Kulit pahanya yg putih mulus biasanya terbungkus celana
jeans. Tanpa aku sadari dari mulutku terlontar kata,

"Kamu cakep dan seksi sekali Yun."

Yuni tampak tersipu mendengar kata²ku. Dia sedikit tersenyum, guratan kepedihan
sudah tak tampak lagi di wajahnya.

"Ngerayu apa ngerayu nih ...," Yuni mencoba menutupi ketersipuannya dgn canda.
"Bener kok Yun ... kamu cakep banget."

Yuni duduk di sofa di ujung yg lain. Kebetulan aku duduk di ujung sofa yg dekat
dgn bagian dalam rumah, sedang Yuni di ujung satunya yg dekat pintu. Kami duduk
ngobrol sambil mataku tak hentinya mengagumi kemolekan tubuh Yuni. Yuni pun
kayaknya suka aku perhatikan seperti itu. Entah sengaja atau tidak, kakinya
disilangkan sehingga pahanya yg mulus makin tampak jelas.

Kami masih ngobrol ngalor ngidul ketika kami dikagetkan dgn bunyi guntur yg
begitu keras. Seketika itu pula suasana jadi gelap gulita. Ternyata listrik mati.
Secara reflek aku berdiri. Aku beranjak ke pintu hendak menyalakan lampu motorku
yg aku parkir di teras untuk menerangi sementara. Belum selangkah aku beranjak,
aku merasakan tubrukan dgn tubuh Yuni yg ternyata juga sudah berdiri hendak
masuk ke dalam.

Tubrukan itu pelan saja sebenarnya, tapi krn terkejut Yuni jatuh tertelentang di
sofa dgn kakinya menjuntai ke lantai. Aku pun kehilangan keseimbangan dan
menindih tubuh Yuni. Untung siku kiriku masih sempat berjaga di sandaran sofa
sehingga Yuni tidak tertindih seluruh berat tubuhku.

Aku rasakan tubuh hangat Yuni menempel di tubuhku. Tanpa sadar dan semuanya
terjadi begitu tiba², aku peluk Yuni sambil kukecup keningnya dgn lembut. Yuni
tidak bereaksi menolak, dia malah melingkarkan kedua lengannya ke leherku. Aku
cium lembut pipi kiri Yuni, dia pun membalas mencium pipi kananku tak kalah
lembutnya. Dalam gelap gulita itu, secara alami dan terjadi begitu saja, bibir
kami saling bertemu.

Aku cium bibir Yuni dgn sangat lembut. Tidak ada penolakan dari Yuni, dia malah
membalas mengulum bibirku. Bibir kami saling berpautan dan melepaskan kemesraan.
Aku mulai berinisiatif menjulurkan lidahku dan membelai gigi seri Yuni. Yuni pun
membuka mulutnya lebih lebar dan menjulurkan lidahnya saling beradu dgn lidahku.
Kami terus berciuman dalam gelap. Petir yg me-nyambar² sudah tidak kami hiraukan
lagi. Lidah Yuni yg masih menjulur ke mulutku aku kulum dgn mesra. Sesaat ganti
Yuni yg mengulum lidahku.

Entah berapa lama kami saling menikmati ciuman mesra itu. Rasanya aku sangat
ingin kejadian itu berlangsung selamanya. Perlahan aku alihkan sasaran ciumanku.
Aku mulai menciumi bagian bawah dagu Yuni. Kemudian secara sangat perlahan
ciumanku mengarah ke lehernya yg jenjang itu. Aku tidak bisa melihat reaksi Yuni
karena gelap, yg aku rasakan hanya belaian lembut di rambutku. Belakang telinga
kanan Yuni aku ciumi dgn mesra sambil sesekali aku gigit lembut daun telinganya.
Yuni sedikit meronta kegelian.

Dia bereaksi dgn mendengus pelan di dekat telinga kananku. Hembusan nafasnya
membuat aku kegelian. Lalu aku rasakan benda lembut yg hangat menggelitik lubang
telingaku. Ternyata itu lidah Yuni. Sungguh geli rasanya tapi sangat
menggairahkan. Bagi yg belum pernah mengalaminya sendiri tentu susah
menggambarkannya. Kami masih saling menggelitik telinga dgn lidah.

Aku agak mengangkat tubuh sedikit ketika tangan Yuni aku rasakan mencari ruang
untuk membuka kancing kemejaku. Dalam posisi sulit dan gelap seperti itu Yuni
berhasil membuka dua kancing kemejaku yg paling atas. Dia agak merubah posisi
sehingga kepalanya tepat berada di bawah dadaku yg sudah terbuka sebagian. Dgn
lembut Yuni mulai menciumi dadaku. Tangannya sambil beraksi membuka semua
kancing kemejaku. Sekarang dadaku sudah terbuka lebar tanpa terhalang kemeja yg
masih aku pakai. Jari² lembut Yuni mulai menggerayangi punggungku. Bibirnya
masih menciumi seluruh permukaan dadaku.

Aku agak meronta kegelian ketika kedua bibir Yuni mengulum puting kiriku. Aku
belum pernah diperlakukan seperti ini oleh wanita manapun. Biasanya aku yg
melakukan ini terhadap wanita. Sensasinya sungguh sulit di gambarkan. Birahiku
mulai bangkit. Tangan kananku mulai meremas lembut payudara kiri Yuni dari luar
kaosnya. Buah dada Yuni terasa sangat kenyal dan padat.
Yuni terus menciumi, menjilati dan mengulum kedua putingku, menghantarkan
kegelian dan rangsangan ke seluruh tubuhku. Aku masih me-remas² buah dada Yuni.
Waktu terus berlalu tanpa kami sadari.

untuk membaca lebih lanjut bisa membacanya disini
klik saja

SELINGKUH KARENA INTERNET

by cerita bokep.... | 22.24 in | komentar (1)

Ini adalah kisah nyataku, Pertama aku ingin memperkenalkan diri dahulu, aku adalah seorang wanita berusia 27 tahun, namaku...katakan lisa, tempat tinggalku di semarang, dan sudah setahun menikah, tetapi entah kenapa belum mempunyai anak, walaupun hubungan sex kami (dengan suami) lakukan dengan rutin dan lancar, kehidupan sex kami biasa biasa saja, bahkan cenderung membosankan, karena menurutku kurang bervariasi, tapi aku tidak pernah berselingkuh dengan orang lain selama ini, karena suamiku sangat menyayangi aku bahkan cenderung memanjakanku. Tapi kesetiaanku ini berakhir sampai tanggal 19 Juni 1999 (hari Sabtu). Hal ini dimulai dengan perkenalanku dengan dunia internet sejak sebulan yang lalu. Secara rinci aku tidak menjelaskan bagaimana aku belajar internet, tetapi sampai suatu waktu aku berkenalan dengan seorang cowok dalam acara chatting di web idola.

Ketika ini aku sedang belajar tentang bagaimana untuk ber chatting di internet, temanku mengajari aku untuk masuk ke web idola, lalu masuk ke forum chattingnya. Ketika aku sudah masuk ke forum, ada yang mengirimi aku private message, ternyata seorang cowok yang berusia 30 tahun, berkeluarga, juga belum mempunyai anak, namanya...katakan andy, berasal dari jakarta, bekerja di sebuah perusahaan asing yang sedang mengerjakan sebuah proyek maintenance jalan KA (jakarta-surabaya), tetapi perusahaan itu mempunyai kantor cabang di cirebon dan semarang, hingga andy sering melakukan tugas meninjau kantor cabangnya, termasuk di semarang. Setelah kami berkenalan lewat chatting, lalu dia juga kadang kadang menelepon (dari jakarta)...mungkin pakai telepon kantor, tetapi kami belum pernah bertemu muka, sampai pada tgl 16 juni 1999 andy menelepon aku, dan mengatakan bahwa dia sedang berada di semarang untuk urusan kerja dan menawari aku untuk berkenalan dan bertemu muka. Pertama kali aku ditawari begitu, aku agak bingung, karena hal seperti ini adalah sangat baru bagiku, sudah mengenal seseorang, tapi belum pernah bertemu, dan sekarang akan bertemu orang tsb. Tapi akhirnya aku menyetujui dan akhirnya kita membuat janji untuk bertemu pada hari sabtu pagi (karena kantor andy libur, hingga andy mempunyai waktu untuk bertemu). Kita menetapkan tempat bertemunya di lobby hotel graha santika (tempat andy menginap) jam 9 pagi.

Pada hari dan jam yang sudah kita tentukan, aku datang kesana sendirian, karena suamiku masih bekerja di perusahaannya (perusahaan tempat suamiku bekerja tidak libur pada hari sabtu), tetapi sampai disana aku tidak menjumpai andy, akhirnya aku bertanya ke bagian reception, dan menanyakan apakah ada tamu bernama andy dari jakarta, setelah di check, ternyata ada, dan aku diberi tahu no kamarnya. Akhirnya aku telepon ke kamarnya, dan andy mengangkat telepon, aku menanyakan apakah dia lupa dengan janji bertemunya, andy menjawab bahwa dia tidak lupa, tetapi karena semalam dia harus bekerja menemani tamu sampai larut malam, akhirnya dia terlambat bangun, bahkan sekarang belum mandi. Aku dapat memakluminya, tetapi aku bingung apakah aku harus menunggu di lobby sampai dia selesai mandi, dsb, atau harus bagaimana, akhirnya andy menawarkan bila aku tidak keberatan, aku dapat naik ke kamarnya dan menunggu di ruang tamu di kamarnya (ternyata kamarnya mempunyai ruang tamu sendiri, semacam suite room atau apa aku tidak menanyakan), aku agak bingung juga, tapi akhirnya aku menyetujui untuk naik ke kamarnya.

Sesampai didepan kamarnya, aku pencet bel, lalu tidak lama kemudian andy membuka pintu. Ternyata andy mempunyai wajah yang ganteng sekali, dan tubuhnya juga sangat macho, setelah kita ber basa basi diruang tamu kamarnya, andy bilang permisi untuk mandi sebentar dan mempersilahkan aku untuk main komputernya (dia membawa komputer kecil...notebook..?), dia bahkan membantu aku untuk meng connect kan ke internet, lalu andy meninggalkanku untuk mandi. Setelah aku sendirian, aku mencoba untuk masuk ke web untuk chatting, tetapi entah kenapa kok tidak bisa masuk web tsb, setengah teriak aku menanyakan ke andy, dan andy menjawab mungkin web tsb lagi down, dan andy menyarankan untuk mencoba saja web yang lain, caranya lihat di historynya (aku tidak mengerti artinya..), tetapi karena aku tidak punya kerjaan, aku mencoba bagaimana caranya untuk membuka historynya (itupun dengan cara saling teriak dengan andy), sampai akhirnya aku dengan tidak sengaja membuka web, ini yang pertama aku membuka cerita seru, ternyata isinya adalah cerita cerita sex dengan bahasa indonesia, lalu aku mencatat alamat webnya, dengan pertimbangan mungkin aku akan buka lagi di rumah. Lalu aku mulai membaca cerita cerita yang ditampilkan, terus terang aku mulai terangsang karena membaca cerita sex tsb, aku merasa celana dalamku mulai lembab karena vaginaku mulai basah. Sampai akhirnya andy selesai mandi, dan keluar menemuiku. Pertama dia kaget melihat aku sedang membaca web cerita seru, akupun sangat malu melihat dia memergoki aku sedang membaca cerita seru, dan segera aku men disconnect komputernya ke internet dan menutup layar web cerita seru tsb, tetapi karena andy sudah terlanjur melihat aku membaca cerita seru, setelah beberapa waktu dia diam, akhirnya dia tertawa dan menanyakanku apakah aku pernah masuk ke web tsb, aku dengan malu malu menjawab belum. Andy bertanya lagi, bagaimana ceritanya..?, aku bingung menjawabnya..sampai andy tertawa lagi..kali ini sampai terpingkal pingkal...akhirnya aku juga ikut tertawa.

Setelah suasananya agak mencair, kami mulai ngobrol lagi, tentu dengan topik internet, ternyata andy sangat menguasai internet, hingga aku dijelaskan banyak mengenai dunia internet, baru aku tahu bahwa internet tidak hanya digunakan untuk chatting dan kirim e mail saja, ternyata sangat banyak manfaatnya. Bahkan andy menjelaskan bahwa di internet kita dapat membuka web...dewasa, misalnya cerita seru, dan web yang menampilkan gambar gambar....sex, aku agak penasaran dengan penjelasannya yang terakhir, dan rupanya andy mengetahui keingin tahuan ku, lalu dia menawarkan untuk mencoba penjelasannya dengan membuka web web dewasa tsb, rupanya komputer andy mempunyai satu bagian..(favourite..?), yang isinya adalah alamat web web dewasa, hingga kita tidak perlu tiap kali menuliskan melalui keyboard, setelah andy membuka web porno tsb, aku sangat kaget, karena isinya adalah gambar sepasang cowok-cewek sedang berhubungan sex, terus terang aku baru pertama kali melihat gambar gambar semacam itu, hingga aku sangat malu dan tidak tahu harus bagaimana..., tapi sejujurnya aku mulai terangsang dengan melihat gambar tsb, tetapi kemudian andy mengganti web tsb dengan web lain yang isinya juga tentang orang berhubungan sex, tetapi yang ditampilkan adalah film (movie), ini juga pertama kali aku melihat film orang bermain sex, ternyata film film semacam itu juga sama dengan blue film (kata andy)..sejujurnya aku belum pernah melihat blue film, melihat cewek mencium bahkan mengulum penis sampai mengeluarkan sperma.., dan cowok menciumi vagina cewek....

Aku mulai merasa panas dingin melihat nya, mungkin aku mulai terangsang berat, dan entah bagaimana dan kapan mulainya ternyata andy sudah memelukku dan mulai meraba payudaraku, pertama aku ingin berontak, karena aku merasa ini tidak boleh, tetapi entah bagaimana aku tidak bisa melakukan apa apa, aku diam saja bahkan menikmati perlakuannya, sampai tangan andy mulai menjelajah turun ke vagina ku, aku merasa celana dalamku sangat basah, andy lalu mulai membuka pakaianku, entah bagaimana aku diam saja, hingga aku sekarang hanya memakai celana dalam dan BH, lalu aku ditarik masuk ke kamarnya dan aku ditidurkan di tempat tidurnya yang besar, disini andy mulai menciumi bibirku, terasa sangat hangat, tangan andy tidak berhenti memainkan payudara dan vaginaku, hingga aku merasa sangat terangsang sekali, lalu andy mulai membuka BH dan celana dalamku, dan mulai menciumi puting payudaraku, aku sudah pasrah dengan perlakuannya, dan sudah setengah sadar dengan apa yang dia lakukan, karena aku sudah sangat terangsang sekali, sampai ketika dia mulai menciumi vaginaku, aku merasakan hal yang sangat enak sekali (suamiku belum pernah menciumi vaginaku), aku merasa ada sesuatu yang akan meledak dari dalam vaginaku, sampai ketika aku membuka mata, ternyata andy sedang membuka pakaian nya sampai dia telanjang bulat, ternyata andy mempunyai penis yang besar sekali, mungkin sekitar 18 - 20 cm, dengan bulu yang lebat, lalu andy mendekatkan penis di mulutku, sambil dia melanjutkan menciumi vaginaku. Aku mengerti dengan keinginannya, karena aku baru melihat di web porno tadi, ada yang saling menciumi penis dan vagina dengan posisi cewek diatas mengulum penis, dan cowok dibawah menciumi vagina. Walaupun aku belum pernah melakukan hal tsb, tetapi karena aku sangat terangsang dan juga setengah sadar, aku masuk kan penis andy kedalam mulutku, terasa sangat susah karena penis andy besar sekali, tetapi aku berusaha meniru cara mengulum penis (seperti di web), dan ternyata andy mulai terangsang dengan kulumanku, aku merasakan penisnya mulai mengeras. Sampai suatu saat andy melepaskan penisnya dan membalikkan posisinya hingga penisnya tepat berada didepan vaginaku dan andy mulai menekan penisnya kedalam vaginaku, aku merasakan hal yang sangat enak sekali, yang belum pernah aku rasakan dengan suamiku, ketika andy mulai mengocok penisnya (mungkin karena penisnya sangat besar), setelah beberapa waktu andy mengajak untuk berganti posisi (aku belum pernah berhubungan sex dengan berganti posisi, biasanya dengan suamiku aku hanya berhubungan secara biasa saja), andy menyuruh aku tengkurap setengah merangkak, dan dia lalu memasukkan penisnya dari belakang, ternyata posisi ini sangat merangsang aku, hingga dari vaginaku terasa ada yang meledak..(inikah orgasme..?), setelah sekian waktu andy belum juga mengeluarkan sperma, andy lalu mencabut penisnya lagi dan menyuruhku untuk duduk dan dia memasukkan penisnya dari bawah, posisi ini kurang enak buat aku, karena terasa sakit diperut, ada yang terasa menyodok perutku, untung posisi ini tidak berlangsung lama, karena andy akan mengeluarkan sperma, andy lalu mencabut penisnya dan mengocok penisnya sendiri didepan mukaku, sampai ketika dia memuncratkan spermanya, aku tidak sempat mengelak, hingga spermanya muncrat mengenai mukaku, bahkan ada yang masuk ke mulutku, terasa asin, aku bingung sekali ketika andy memintaku untuk menyedot penisnya, aku agak jijik, tetapi aku pikir sudah kepalang basah, dan aku ingin merasakan bagaimana rasanya menyedot penis yang sedang mengeluarkan sperma, lalu aku akhirnya


untuk membaca lebih lanjut bisa membacanya disini
klik saja

PUTRI IBU KOS KU

by cerita bokep.... | 22.24 in | komentar (1)

Waktu itu usiaku 23 tahun. Aku duduk di tingkat akhir suatu perguruan tinggi teknik di kota Bandung. Wajahku ganteng. Badanku tinggi dan tegap, mungkin karena aku selalu berolahraga seminggu tiga kali. Teman-temanku bilang, kalau aku bermobil pasti banyak cewek yang dengan sukahati menempel padaku.

Aku sendiri sudah punya pacar. Kami pacaran secara serius. Baik orang tuaku maupun orang tuanya sudah setuju kami nanti menikah. Tempat kos-ku dan tempat kos-nya hanya berjarak sekitar 700 m. Aku sendiri sudah dipegangi kunci kamar kosnya. Walaupun demikian bukan berarti aku sudah berpacaran tanpa batas dengannya. Dalam masalah pacaran, kami sudah saling cium-ciuman, gumul-gumulan, dan remas-remasan. Namun semua itu kami lakukan dengan masih berpakaian. Toh walaupun hanya begitu, kalau “voltase’-ku sudah amat tinggi, aku dapat ‘muntah” juga. Dia adalah seorang yang menjaga keperawanan sampai dengan menikah, karena itu dia tidak mau berhubungan sex sebelum menikah. Aku menghargai prinsipnya tersebut. Karena aku belum pernah pacaran sebelumnya, maka sampai saat itu aku belum pernah merasakan memek perempuan.

Pacarku seorang anak bungsu. Kecuali kolokan, dia juga seorang penakut, sehingga sampai jam 10 malam minta ditemani. Sehabis mandi sore, aku pergi ke kosnya. Sampai dia berangkat tidur. aku belajar atau menulis tugas akhir dan dia belajar atau mengerjakan tugas-tugas kuliahnya di ruang tamu. Kamar kos-nya sendiri berukuran cukup besar, yakni 3mX6m. Kamar sebesar itu disekat dengan triplex menjadi ruang tamu dengan ukuran 3mX2.5m dan ruang tidur dengan ukuran 3mX3.5m. Lobang pintu di antara kedua ruang itu hanya ditutup dengan kain korden.

lbu kost-nya mempunyai empat anak, semua perempuan. Semua manis-manis sebagaimana kebanyakan perempuan Sunda. Anak yang pertama sudah menikah, anak yang kedua duduk di kelas 3 SMA, anak ketiga kelas I SMA, dan anak bungsu masih di SMP. Menurut desas-desus yang sampai di telingaku, menikahnya anak pertama adalah karena hamil duluan. Kemudian anak yang kedua pun sudah mempunyai prestasi. Nama panggilannya Ika. Dia dikabarkan sudah pernah hamil dengan pacarya, namun digugurkan. Menurut penilaianku, Ika seorang playgirl. Walaupun sudah punya pacar, pacarnya kuliah di suatu politeknik, namun dia suka mejeng dan menggoda laki-laki lain yang kelihatan keren. Kalau aku datang ke kos pacarku, dia pun suka mejeng dan bersikap genit dalam menyapaku.

lka memang mojang Sunda yang amat aduhai. Usianya akan 18 tahun. Tingginya 160 cm. Kulitnya berwarna kuning langsat dan kelihatan licin. Badannya kenyal dan berisi. Pinggangnya ramping. Buah dadanya padat dan besar membusung. Pinggulnya besar, kecuali melebar dengan indahnya juga pantatnya membusung dengan montoknya. Untuk gadis seusia dia, mungkin payudara dan pinggul yang sudah terbentuk sedemikian indahnya karena terbiasa dinaiki dan digumuli oleh pacarnya. Paha dan betisnya bagus dan mulus. Lehernya jenjang. Matanya bagus. Hidungnya mungil dan sedikit mancung. Bibirnya mempunyai garis yang sexy dan sensual, sehingga kalau memakai lipstik tidak perlu membuat garis baru, tinggal mengikuti batas bibir yang sudah ada. Rambutnya lebat yang dipotong bob dengan indahnya.

Sore itu sehabis mandi aku ke kos pacarku seperti biasanya. Di teras rumah tampak Ika sedang mengobrol dengan dua orang adiknya. Ika mengenakan baju atas ‘you can see’ dan rok span yang pendek dan ketat sehingga lengan, paha dan betisnya yang mulus itu dipertontonkan dengan jelasnya.

“Mas Bob, ngapel ke Mbak Dina? Wah... sedang nggak ada tuh. Tadi pergi sama dua temannya. Katanya mau bikin tugas,” sapa Ika dengan centilnya.

“He... masa?” balasku.

“Iya... Sudah, ngapelin Ika sajalah Mas Bob,” kata Ika dengan senyum menggoda. Edan! Cewek Sunda satu ini benar-benar menggoda hasrat. Kalau mau mengajak beneran aku tidak menolak nih, he-he-he...

“Ah, neng Ika macam-macam saja...,” tanggapanku sok menjaga wibawa. “Kak Dai belum datang?”

Pacar Ika namanya Daniel, namun Ika memanggilnya Kak Dai. Mungkin Dai adalah panggilan akrab atau panggilan masa kecil si Daniel. Daniel berasal dan Bogor. Dia ngapeli anak yang masih SMA macam minum obat saja. Dan pulang kuliah sampai malam hari. Lebih hebat dan aku, dan selama ngapel waktu dia habiskan untuk ngobrol. Atau kalau setelah waktu isya, dia masuk ke kamar Ika. Kapan dia punya kesempatan belajar?

“Wah... dua bulan ini saya menjadi singgel lagi. Kak Dai lagi kerja praktek di Riau. Makanya carikan teman Mas Bob buat menemani Ika dong, biar Ika tidak kesepian... Tapi yang keren lho,” kata Ika dengan suara yang amat manja. Edan si playgirl Sunda mi. Dia bukan tipe orang yang ngomong begitu bukan sekedar bercanda, namun tipe orang yang suka nyerempet-nyerempet hat yang berbahaya.

“Neng Ika ini... Nanti Kak Dainya ngamuk dong.”

“Kak Dai kan tidak akan tahu...”

Aku kembali memaki dalam hati. Perempuan Sunda macam Ika ini memang enak ditiduri. Enak digenjot dan dinikmati kekenyalan bagian-bagian tubuhnya.

Aku mengeluarkan kunci dan membuka pintu kamar kos Dina. Di atas meja pendek di ruang tamu ada sehelai memo dari Dina. Sambil membuka jendela ruang depan dan ruang tidur, kubaca isi memo tadi. ‘Mas Bobby, gue ngerjain tugas kelompok bersama Niken dan Wiwin. Tugasnya banyak, jadi gue malam ini tidak pulang. Gue tidur di rumah Wiwin. Di kulkas ada jeruk, ambil saja. Soen sayang, Dina’

Aku mengambil bukuku yang sehari-harinya kutinggal di tempat kos Di. Sambil menyetel radio dengan suara perlahan, aku mulai membaca buku itu. Biarlah aku belajar di situ sampai jam sepuluh malam.

Sedang asyik belajar, sekitar jam setengah sembilan malam pintu diketok dan luar. Tok-tok-tok...

Kusingkapkan korden jendela ruang tamu yang telah kututup pada jam delapan malam tadi, sesuai dengan kebiasaan pacarku. Sepertinya Ika yang berdiri di depan pintu.

“Mbak Di... Mbak Dina...,” terdengar suara Ika memanggil-manggil dan luar. Aku membuka pintu.

“Mbak Dina sudah pulang?” tanya Ika.

“Belum. Hari ini Dina tidak pulang. Tidur di rumah temannya karena banyak tugas. Ada apa?”

“Mau pinjam kalkulator, mas Bob. Sebentar saja. Buat bikin pe-er.”

“Ng... bolehlah. Pakai kalkulatorku saja, asal cepat kembali.”

“Beres deh mas Bob. Ika berjanji,” kata Ika dengan genit. Bibirnya tersenyum manis, dan pandang matanya menggoda menggemaskan.

Kuberikan kalkulatorku pada Ika. Ketika berbalik, kutatap tajam-tajam tubuhnya yang aduhai. Pinggulnya yang melebar dan montok itu menggial ke kiri-kanan, seolah menantang diriku untuk meremas-remasnya. Sialan! Kontholku jadi berdiri. Si ‘boy-ku ini responsif sekali kalau ada cewek cakep yang enak digenjot.

Sepeninggal Ika, sesaat aku tidak dapat berkonsentrasi. Namun kemudian kuusir pikiran yang tidak-tidak itu. Kuteruskan kembali membaca textbook yang menunjang penulisan tugas sarjana itu.

Tok-tok-tok! Baru sekitar limabelas menit pintu kembali diketok.

“Mas Bob... Mas Bob...,” terdengar Ika memanggil lirih.

Pintu kubuka. Mendadak kontholku mengeras lagi. Di depan pintu berdiri Ika dengan senyum genitnya. Bajunya bukan atasan ‘you can see’ yang dipakai sebelumnya. Dia menggunakan baju yang hanya setinggi separuh dada dengan ikatan tali ke pundaknya. Baju tersebut berwarna kuning muda dan berbahan mengkilat. Dadanya tampak membusung dengan gagahnya, yang ujungnya menonjol dengan tajam dan batik bajunya. Sepertinya dia tidak memakai BH. Juga, bau harum sekarang terpancar dan tubuhnya. Tadi, bau parfum harum semacam ini tidak tercium sama sekali, berarti datang yang kali ini si Ika menyempatkan diri memakai parfum. Kali ini bibirnya pun dipolesi lipstik pink.

“Ini kalkulatornya, Mas Bob,” kata Ika manja, membuyarkan keterpanaanku.

“Sudah selesai. Neng Ika?” tanyaku basa-basi.

“Sudah Mas Bob, namun boleh Ika minta diajari Matematika?”

“0, boleh saja kalau sekiranya bisa.”

Tanpa kupersilakan Ika menyelonong masuk dan membuka buku matematika di atas meja tamu yang rendah. Ruang tamu kamar kos pacarku itu tanpa kursi. Hanya digelari karpet tebal dan sebuah meja pendek dengan di salah satu sisinya terpasang rak buku. Aku pun duduk di hadapannya, sementara pintu masuk tertutup dengan sendirinya dengan perlahan. Memang pintu kamar kos pacarku kalau mau disengaja terbuka harus diganjal potongan kayu kecil.

“Ini mas Bob, Ika ada soal tentang bunga majemuk yang tidak tahu cara penyelesaiannya.” Ika mencari-cari halaman buku yang akan ditanyakannya.

Menunggu halaman itu ditemukan, mataku mencari kesempatan melihat ke dadanya. Amboi! Benar, Ika tidak memakai bra. Dalam posisi agak menunduk, kedua gundukan payudaranya kelihatan sangat jelas. Sungguh padat, mulus, dan indah. Kontholku terasa mengeras dan sedikit berdenyut-denyut.

Halaman yang dicari ketemu. Ika dengan centilnya membaca soal tersebut. Soalnya cukup mudah. Aku menerangkan sedikit dan memberitahu rumusnya, kemudian Ika menghitungnya. Sambil menunggu Ika menghitung, mataku mencuri pandang ke buah dada Ika. Uhhh... ranum dan segarnya.

“Kok sepi? Mamah, Ema, dan Nur sudah tidur?” tanyaku sambil menelan ludah. Kalau bapaknya tidak aku tanyakan karena dia bekerja di Cirebon yang pulangnya setiap akhir pekan.

“Sudah. Mamah sudah tidur jam setengah delapan tadi. Kemudian Erna dan Nur berangkat tidur waktu Ika bermain-main kalkulator tadi,” jawab Ika dengan tatapan mata yang menggoda.

Hasratku mulai naik. Kenapa tidak kusetubuhi saja si Ika. Mumpung sepi. Orang-orang di rumahnya sudah tidur. Kamar kos sebelah sudah sepi dan sudah mati lampunya. Berarti penghuninya juga sudah tidur. Kalau kupaksa dia meladeni hasratku, tenaganya tidak akan berarti dalam melawanku. Tetapi mengapa dia akan melawanku? jangan-jangan dia ke sini justru ingin bersetubuh denganku. Soal tanya Matematika, itu hanya sebagai atasan saja. Bukankah dia menyempatkan ganti baju, dari atasan you can see ke atasan yang memamerkan separuh payudaranya? Bukankah dia datang lagi dengan menyempatkan tidak memakai bra? Bukankah dia datang lagi dengan menyempatkan memakai parfum dan lipstik? Apa lagi artinya kalau tidak menyodorkan din?

Tiba-tiba Ika bangkit dan duduk di sebelah kananku.

“Mas Bob... ini benar nggak?” tanya Ika.

Ada kekeliruan di tengah jalan saat Ika menghitung. Antara konsentrasi dan menahan nafsu yang tengah berkecamuk, aku mengambil pensil dan menjelaskan kekeliruannya. Tiba-tiba Ika lebih mendekat ke arahku, seolah mau memperhatikan hal yang kujelaskan dan jarak yang lebih dekat. Akibatnya... gumpalan daging yang membusung di dadanya itu menekan lengan tangan kananku. Terasa hangat dan lunak, namun ketika dia lebih menekanku terasa lebih kenyal.

Dengan sengaja lenganku kutekankan ke payudaranya.

“Ih... Mas Bob nakal deh tangannya,” katanya sambil merengut manja. Dia pura-pura menjauh.

“Lho, yang salah kan Neng Ika duluan. Buah dadanya menyodok-nyodok lenganku,” jawabku.

lka cemberut. Dia mengambil buku dan kembali duduk di hadapanku. Dia terlihat kembali membetulkan yang kesalahan, namun menurut perasaanku itu hanya berpura-pura saja. Aku merasa semakin ditantang. Kenapa aku tidak berani? Memangnya aku impoten? Dia sudah berani datang ke sini malam-malam sendirian. Dia menyempatkan pakai parfum. Dia sengaja memakai baju atasan yang memamerkan gundukan payudara. Dia sengaja tidak pakai bra. Artinya, dia sudah mempersilakan diriku untuk menikmati kemolekan tubuhnya. Tinggal aku yang jadi penentunya, mau menyia-siakan kesempatan yang dia berikan atau memanfaatkannya. Kalau aku menyia-siakan berarti aku band!

Aku pun bangkit. Aku berdiri di atas lutut dan mendekatinya dari belakang. Aku pura-pura mengawasi dia dalam mengerjakan soal. Padahal mataku mengawasi tubuhnya dari belakang. Kulit punggung dan lengannya benar-benar mulus, tanpa goresan sedikitpun. Karena padat tubuhnya, kulit yang kuning langsat itu tampak licin mengkilap walaupun ditumbuhi oleh bulu-bulu rambut yang halus.

Kemudian aku menempelkan kontholku yang menegang ke punggungnya. Ika sedikit terkejut ketika merasa ada yang menempel punggungnya.

“Ih... Mas Bob jangan begitu dong...,” kata Ika manja.

“Sudah... udah-udah... Aku sekedar mengawasi pekerjaan Neng Ika,” jawabku.

lka cemberut. Namun dengan cemberut begitu, bibir yang sensual itu malah tampak menggemaskan. Sungguh sedap sekali bila dikulum-kulum dan dilumat-lumat. Ika berpura-pura meneruskan pekerjaannya. Aku semakin berani. Kontholku kutekankan ke punggungnya yang kenyal. Ika menggelinjang. Tidak tahan lagi. tubuh Ika kurengkuh dan kurebahkan di atas karpet. Bibirnya kulumat-lumat, sementara kulit punggungnya kuremas-remas. Bibir Ika mengadakan perlawanan, mengimbangi kuluman-kuluman bibirku yang diselingi dengan permainan lidahnya. Terlihat bahkan dalam masalah ciuman Ika yang masih kelas tiga SMA sudah sangat mahir. Bahkan mengalahkan kemahiranku.



untuk membaca lebih lanjut bisa membacanya disini
klik saja

OLEH-OLEH DARI DESA

by cerita bokep.... | 22.24 in | komentar (1)

Cerita ini adalah pengalaman dari seorang teman dekatku yang terjadi sekitar 5 bulan yang lalu. Aku sedikit bingung menulis cerita ini karena biasanya aku menceritakan pengalamanku, tapi kali ini aku harus menceritakan pengalaman temanku. Oke, tanpa banyak bicara lagi, kumulai cerita yang kuberi judul "Petualangan Berlibur Ke Desa".



Lima bulan yang lalu, Jeff temanku mengajakku sedikit refreshing ke sebuah desa yang kebetulan adalah tempat Jeff bermain waktu kecil. Ayah Jeff seorang pengusaha kaya yang sedikit memperhatikan soal alam bebas, karenanya dia membeli ribuan hektar tanah yang kemudian dijadikannya hutan karet. Bisnis sambil memelihara alam liar, katanya.



Jeff biasa berlibur ke hutan karet ayahnya dan dia biasa menginap di sebuah rumah yang terlihat begitu mewah kalau dibandingkan rumah-rumah penduduk di sekitarnya. Meski terkesan ada sedikit kesenjangan, tapi penduduk desa itu sama sekali tidak menaruh kebencian atau iri hati pada keluarga Jeff karena keluarga itu cukup dermawan, bahkan ayah Jeff hanya mengambil keuntungan 25% dari hasil hutan karetnya, dan sisanya dibagikan pada penduduk yang ikut mengusahakan hutan karet itu.



Oke, cukup perkenalannya. Aku sendiri menyesal karena tidak bisa ikut dengan Jeff karena ada sedikit keperluan dengan keluargaku. Tapi aku berjanji akan menyusul kalau ada waktu. Jeff sedikit kecewa tapi dia tetap pergi ke desa itu, sebut saja Desa Sukasari.



Hari-hari pertama dilalui Jeff dengan bermalas-malasan di rumahnya sambil menikmati udara segar pedesaan yang sangat jarang ditemuinya di Bandung. Baru pada hari kelima Jeff keluar dari rumah, diantar oleh seorang bujangnya Jeff berjalan-jalan melihat-lihat sekeliling desa itu. Dia berhenti ketika dilihatnya seorang gadis, mungkin beberapa tahun lebih muda darinya sedang menyapu di pekarangannya.



Rambutnya yang hitam terurai menutupi punggungnya. Kulitnya yang hitam manis mengkilat karena keringat yang tertimpa sinar mentari. Jeff tertegun, baru kali ini dilihatnya gadis desa yang begitu cantik. Bujangnya tahu kalau Jeff memperhatikan gadis itu, karena itu dia mengatakan kalau gadis itu adalah anak salah seorang pekerja ayahnya. Umurnya sekitar 17 tahun, dan kini ayahnya sudah tiada. Dia tinggal dengan ibunya dan sering membantu mencari nafkah dengan mencucikan pakaian orang-orang desa yang lebih mampu.



Jeff merasa iba, tapi rasa ibanya langsung hilang berganti rasa tertarik ketika dipikirnya kalau gadis itu pasti memerlukan uang untuk biaya hidupnya. Kemudian berubah lagi perasaannya menjadi keinginan untuk mendekatinya ketika dilihatnya kalau gadis itu cukup cantik dan manis. Tapi rasa ingin mendekati itu berubah seketika ketika dilihatnya dada gadis itu yang agak terlalu besar untuk anak seusianya.



Segera saja setan bersarang di kepala Jeff. Dia mengeluarkan dompetnya, mengambil selembar uang bergambar Pak Harto dan menyuruh bujangnya memberikan uang itu pada gadis itu untuk mencuci bajunya. Bujangnya tidak menaruh curiga, dia segera memberikan uang itu pada gadis itu, dan tidak lama kemudian gadis itu mengikutinya mendekati Jeff. Jeff menyuruh bujangnya pulang, sedangkan dia melanjutkan jalannya bersama gadis itu. Ditengoknya arloji di tangannya, baru pukul 4:00 sore, karena itu Jeff mengulur waktu. Setidaknya pukul 5:00 sore akan dilaksanakan rencananya.



Dia bertanya dimana sungai yang airnya bening dan bisa dipakai mandi. Gadis itu mengantarkan Jeff ke sana. Cukup jauh juga, dan setiba di sana Jeff melepas semua pakaiannya dan langsung masuk ke sungai itu. Dia meminta gadis itu mencuci pakaiannya, dan gadis itu menurut walaupun agak malu-malu karena melihat Jeff berenang telanjang. Jeff sendiri sudah sedikit sinting, entah setan apa yang merasuki kepalanya, yang jelas ketika dilihatnya arlojinya menunjukkan pukul 5:00 sore, langsung dijalankan rencananya. Jeff keluar dari air, mendekati gadis yang sedang membersihkan pakaiannya dan berjongkok di sampingnya. Batang kemaluan di sela pangkal kaki Jeff sudah bangun dari tidurnya, dan tanpa tembakan peringatan Jeff langsung saja merangkul gadis itu sambil berusaha mencium leher gadis itu (sebut saja namanya Sali).



Gadis itu segera berontak karena terkejut, tapi dekapan Jeff lebih kencang dari tenaganya. Jeffberhasil mencium leher gadis itu tapi begitu Jeff berusaha lebih gila lagi gadis itu mengancam akan berteriak. Jeff takut juga dia digebuki penduduk desa itu, karena itu segera ditutupnya mulut gadis itu, dan dia berbisik, "Jangan teriak, kalau kau mau melayaniku kuberi lebihdari sekedar lima puluh ribu, mungkin akan kuberi seratus ribu lagi, bagaimana?"



Gadis itu masih diam, tapi begitu Jeff mengeluarkan dua lembar uang Rp. 50.000-an yang sedikit basah karena air sungai dan mengipas-ngipaskan di depan muka Sali, akhirnya dia mengangguk. Kapan lagi dia bisa mendapat uang Rp 150.000,- dalam sehari, begitu pikirnya. Jeff tersenyum senang sambil melepaskan tangannya dari mulut gadis itu. Tapi ketika dia berusaha memegang dada Sali, gadis itu berbisik, "Jangan di sini, takut ketahuan orang lain."



Jeff setuju kata-kata gadis itu, karena itu diajaknya gadis itu ke hutan karet milik ayahnya. Jeff tahu persis kalau sore-sore begini tidak mungkin ada orang di sana. Singkat cerita, mereka sampai di sana, dan tanpa tunggu lama lagi Jeff segera membuka bajunya yang basah, juga celananya. Dibentangkannya baju dan celananya di tanah, dan diciumnya Sali sekali lagi. Kali ini dia tidak berontak. Jeff dengan mudah menyingkirkan pakaian gadis itu, dan terlihat kedua gunung kembarnya yang tidak begitu besar tapi lumayan juga untuk ukuran gadis 17 tahun. Jeff meremas keduanya sekaligus sambil terus melumat bibir gadis itu.



Sekitar 2 menit kemudian Jeff berbisik, "Aku nggak butuh patung, layani aku. Jangan cuma diam gitu aja!" Jeff lalu mendorong kepala Sali ke bawah, dan menyuruhnya sedikit bermain dengan kejantanannya yang sudah hampir mencapai ukuran maksimal. Gadis itu bingung, maklum di desa mana ada film "bokep". Jeff menyuruh Sali menjilat "jamur ungu"-nya. Sali sedikit ragu-ragu, tapi akhirnya dilakukannya juga.


untuk membaca lebih lanjut bisa membacanya disini
klik saja

Linda, terperangkap birahi

by cerita bokep.... | 22.24 in | komentar (0)

Nama saya, sebut saja Linda, married, belum punya anak. Saya dan suami kebetulan keturunan Chinese. Bedanya saya lahir di salah satu kota di Jawa, sedangkan suami saya lahir China sana.

Cerita ini terjadi saat misoa saya sehabis bulan madu 3 bulan, langsung tugas ke Abroad (sampai saat itu sudah hampir 4 bulan) jadi total 7 bulan after married kejadiannya. Tidak ada dia puyeng rasanya kepala (biasa bermesraan, maklum baru).

Di suatu siang saat saya naik taksi ke arah Senen dari Megaria tiba-tiba di radio terdengar Jakarta rusuh. Sopir panik, akhirnya setelah di pertigaan Salemba tidak jadi ke kiri langsung ke arah perempatan Matraman. Tanpa pikir lagi taksi dibelokkan ke arah Pramuka. Untungnya saat itu terdengar di radio bahwa perempatan Rawamangun (by pass) terjadi pembakaran. Akhirnya taksi dibelokkan ke satu hotel besar di Jl. Pramuka (Hotel S). Sesampai di sana sopir minta maaf dan lapor satpam, saya diturunkan di situ, satpam marah. Namun seseorang menghampiri, orangnya gagah, necis, berjas, hitam tinggi besar, educated, sopan. Dia bilang sesuatu ke satpam akhirnya satpam membolehkan saya sementara waktu beristirahat sambil memantau keadaan lalu lintas.

Saya diberikan tempat/kamar di lantai 10, bersih. Ngeri juga, mana sendirian lagi. Tapi mendingan daripada di luar. Tak terasa sudah sore, ada yang mengetuk, pelayan menanyakan mau makan apa? Saya bilang tidak usah, mau pulang saja. "Di luar masih rusuh Bu, tuan bilang tinggal aja dulu di sini, sampai keadaan aman," sahut pelayan. Dalam hati, tuan siapa? Saya diberi handuk dan peralatan mandi. Ragu juga mau mandi, takut ada yang mengintip. Ah ada akal, saya matikan lampu kamar mandi terus mandi buru-buru yang penting bersih plus gosok gigi. Tak lama hari mulai gelap, makanan datang disertai pelayan dan lelaki hitam yang simpatik itu. Dia tersenyum mensilakan saya mencicipi hidangan bersamanya, pelayan disuruh pergi. Karena memang sudah lapar saya makan, sambil sesekali menjawab beberapa pertanyaannya. Mukanya berubah saat saya menjawab bahwa sudah bersuami dan sedang ditinggal tugas hampir 4 bulan. Selesai makan kami tetap ngobrol kesana kemari, sampai pelayan datang lagi membersihkan meja, dan pergi lagi dengan meninggalkan kami berdua. Saya ingin cepat-cepat keluar dan tiba di rumah.

Seperti mengetahui jalan pikiran saya dia menghampiri dan mencoba menenangkan, "Tenang saja dulu di sini, kalau perlu nginap semalam, lebih aman." Tangannya menggenggam jemari saya. Besar sekali dan terkesan kuat/kekar.
Dia bilang, "Panggil saya Marvin saja!"
"Bolehkah saya panggil Linda saja? Biar akrab?" tanyanya.
Terpaksa saya mengangguk. Merinding tubuh saya disentuh lelaki lain selain suami. Dia mengelus-elus lembut tangan saya. Mendesir seluruh peredaran darah saya. Antara ingin menepiskan dan keterpesonaan pada penampilan fisiknya yang sangat seksi menurut penilaian saya. Ah, tapi sepertinya dia orangnya baik juga, mungkin dia turut prihatin atas keadaan saya. Dilihat dari pakaiannya dan bau parfumnya jelas pria asing ini dari kalangan berduit. Tampangnya perpaduan orang India, Arab, Afrika, atau Negro Amerika. Rambutnya agak plontos. Giginya putih. Tingginya antara 185 sampai 190 cm. Lebih mirip bodyguard.

Tiba-tiba saya merasakan agak pening, tanpa sadar saya memijit-mijit kening sendiri. "Are you Ok?" katanya, sesekali memang dia bicara Inggris, meskipun telah fasih bahasa Indonesia (sudah 10 tahun katanya di Jakarta). Saya tak bisa menolak saat, dia membantu memijit-mijit kening saya, lumayan juga agak mendingan. Saya disuruh istirahat dulu dan dibimbingnya ke kamar tidur. Spreinya warna biru muda polos, tembok kamar kuning muda, sangat kontras. "Tiduran dulu aja," katanya. Saya takut. Tapi demi menyadari bahwa itu percuma, saya hanya berharap semoga tak terjadi apa-apa. Saya berbaring, sementara dia duduk di pinggir tempat tidur. Sangat riskan karena sewaktu-waktu dia dapat menyergap dengan mudah.
"Lin, telungkup aja!" katanya.
Yach, untunglah agak mendingan, begini.
"Biar lebih enakan, saya pijitin punggung kamu yach," katanya.
"Tidak usah Mister, eh Marvin..." kata saya.
Tapi dia telah mulai memijit tengkuk saya, bahu, oouhh enak sekali, pintar juga dia. Punggung saya mendapat giliran. Saking enaknya tak terasa dia juga memijit bokong saya, paha, betis sampai mata kaki dan telapak kaki. Segar rasanya tubuh ini.

Dia minta saya buka baju (kurang ajar orang ini!). Dia bilang mau dikasih lotion biar tidur enak dan tambah segar.
"Marvin, saya ini orang baik-baik dan bersuami, kamu tidak akan macam-macam kan?" tanya saya.
"Tidak dong Lin," katanya.
Dia membantu membuka baju saya, dan eehh celana saya dijambretnya sekalian. Saya tinggal ber-BH dan CD. Sementara dia masih berjas. Terakhir baru dia melepas jasnya, tapi tetap berkemeja dan celana panjang. Dia melumuri bagian belakang tubuh saya dengan lotion yang enak baunya. Saya tambah keenakan dipijit begitu. Hilang rasanya semua stres. Saya diminta berbalik/baring. Nach, ini masalahnya. Dia senyum seperti cuek, memijit kening dan kepala, leher, dada (ough tidak menyangka termasuk kedua payudara saya (yang masih ber-BH) diputar-putarnya. Saya kaget, tapi belum sempat protes dia telah pindah ke perut dan pinggang, seolah itulah prosedurnya. Kembali saya terdiam, dan sekarang sampai ke paha, dia juga memijit-mijit CD saya.


untuk membaca lebih lanjut bisa membacanya disini
klik saja

SKANDAL KELUARGA

by cerita bokep.... | 09.31 in | komentar (2)

Cerita ini merupakan sharing dari seorang teman. Kejadiannya sih udah
cukup lama. Cuman baru ingat sekarang pas ketemu orangnya jadi boleh saya
coba bagi. Cuman kagak terlalu detail sih. Hehehe...udah lupa.


Siang itu...

Vivi baru aja pulang dari sekolah. Dia lagi sebal, karena tidak seorangpun
yang menjemputnya. Padahal biasanya dia selalu ada yang menjemput, khususnya
supir keluarganya. Sudah ditelpon berkali-kali, mulai dari HP maminya, HP
supirnya, telepon rumah, tetapi tidak ada yang mengangkat. Akhirnya dia
putuskan untuk pulang naik taksi.

Sesampainya di rumah, Vivi segera masuk kedalam dan mencari supir
keluarganya. Hendak didamprat. Hehehe...Biasa. Putri tunggal selalu
judes dan manja. Dia melihat mobil yang biasa dibawa sang supir
terparkir didalam garasi. Hal itu membuat dia semakin kesal.
Dia berpikir sang supir pasti ketiduran.

Dengan emosi dia segera menuju kekamar belakang tempat supirnya
biasa beristirahat. Namun dia tidak menemukan siapapun disana.
Bahkan, pembantu-pembantunya yang lain juga kok pada "menghilang".
Setelah mencari kesana kemari tanpa hasil, Vivi akhirnya sedikit
reda emosinya. Dia lalu naik ke atas dan menuju kekamarnya.
Setelah mengganti baju seragamnya dengan pakaian yang lebih nyaman,
dia segera merebahkan tubuhnya ke ranjang.

Selama beberapa waktu, diatas ranjang Vivi cuman bisa balik kiri,
balik kanan. uh...nampaknya dia tidak bisa tertidur. Biar udara
dikamarnya cukup sejuk, ada sesuatu yang menghalanginya tertidur.
Entah kenapa dia merasa ada yang mengganjal didalam hati.

Kemudian dia mendengar suara pintu kamar ortunya dibuka. "Wah, mami dirumah
to...", demikian pikirnya. Dia lalu meloncat turun dari ranjang dan keluar
dari kamar. Vivi hendak "mengajukan" keluhan karena tidak seorangpun yang
menjemputnya dari sekolah.

Begitu dia keluar kamar, wah...dia cuman melihat sang supir keluar dari
kamar ortunya dan menuju ke tangga. Melihat ada Vivi disana, supir itu
nampak terkejut. Dengan cepat Vivi menanyakan, kenapa kok tadi dia
tidak dijemput.

Yudi, sang supir, sedikit gelagapan dengan pertanyaan itu. Intinya dia
minta maaf karena tidak bisa menjemput karena ada sedikit keperluan. Lalu
dia buru-buru pamit dan turun ke bawah. Vivi bahkan tidak sempat bertanya
untuk apa dia ada didalam kamar ortunya.

Curiga kalo Yudi mengambil sesuatu dari dalam kamar tersebut, Vivi segera
menuju kesana dan masuk kedalam. Wah, ternyata didalam ada maminya yang
sedang tertidur pulas. Vivi jadi berpikir macam2. Jangan-jangan ada sesuatu
antara maminya dengan Yudi. Dengan perasaan tegang, dia mengawasi isi
dari kamar tersebut.

Hatinya semakin gundah. Di lantai kamar nampak berserakan kaus dan rok yang
biasa dipakai maminya. Juga tergeletak sepotong bra hitam dan CD hitam. Duh.
Masa sih maminya selingkuh dengan Pak Yudi? Demikian pikirnya.

Tiba-tiba mata Vivi berkaca-kaca. Dia sungguh tidak menyangka, kalo maminya
sangat mungkin ada affair dengan Pak Yudi, supirnya sendiri. Bibirnya bergetar,
menahan tangis yang bisa meledak kapan saja.

Akhirnya, karena tidak kuat menahan perasaannya, dia segera berlari kedalam
kamarnya sendiri dan menangis sejadi-jadinya. Hatinya terasa hancur. Maminya,
yang selama ini selalu memberi nasehat tentang kesetiaan, tanggung-jawab dan
moral ternyata tak lebih dari seorang wanita yang selingkuh terhadap papinya.
Vivi merasa sangat kesal dan perasaannya remuk redam.

---

Sudah beberapa hari ini Vivi bersikap dingin kepada maminya. Jika diajak
bicara, Vivi cuman jawab seadanya, itupun dengan nada datar. Tentu sang
ibunda merasa sedih, apalagi dia tidak mengetahui alasan yang sebenarnya.

Minggu demi minggu pun berlalu. Namun rasa kesal dan dendam dihati Vivi
masih belum juga hilang. Dia lalu bertekat ingin memergoki secara langsung
saat maminya berselingkuh dengan Pak Yudi.

Akhirnya datang juga saatnya. Waktu itu, sekitar bulan November beberapa
tahun yang lalu. Sepulang dari sekolah, dia lalu mengendap-endap naik
kelantai atas dan berjalan menuju ke kamar ortunya. Jantung berdegub
semakin kencang, mendengar suara rintihan maminya dari dalam kamar.
Vivi lalu menempelkan kupingnya ke pintu kamar. Selain suara maminya,
dia juga mendengar desahan penuh nafsu dari seorang lelaki. Ya, dia
mengenali suara itu. Itu suara Pak Yudi !

GUBRAK !

Vivi membuka pintu kamar ortunya dengan keras sampai membentuk tembok
kamar bagian dalam. Dia lalu menatap tajam kearah ranjang dengan penuh
emosi.

Duh, katanya jantungnya serasa ingin copot, berdegub terlalu keras.

Dia melihat maminya sedang terlentang tanpa busana diranjang. Supirnya,
Pak Yudi sedang asyik menyetubuhinya dari atas. Mereka masih dalam posisi
berpelukan dan berciuman bibir saat Vivi tiba-tiba menyeruak masuk.

Ibunda Vivi tentu sangat kaget namun tidak bisa berbuat apa-apa. Semua
sudah terlambat. Namun Pak Yudi masih terlihat tenang, serasa tidak
terjadi apa-apa. Dia masih asyik menggoyang tubuh maminya Vivi dengan
santai, seakan memang sengaja ingin menunjukkan hal itu.

Saya tidak tahu persis apa yang terjadi dengan maminya Silvi+Pak Yudi
(karena tidak ada ceritanya). Yang pasti, setelah melihat itu,
Vivi segera kembali kedalam kamar, menangis dengan keras.

Besok paginya, saat Vivi bangun, diamelihat maminya sudah berdiri ditepi
ranjang, membelai kepalanya dengan lembut. Dengan perasaan muak, dia
membuang muka dan segera turun dari ranjang. Sambil menangis, maminya
ingin mengajaknya berbicara namun Vivi tidak menghiraukannya. Didalam
hatinya sudah tidak ada lagi yang namanya respek/hormat. Yang ada
hanyalah perasaan kesal, kecewa dan dendam.

---

"Pak Yudi, kenapa kamu affair sama mami?", tanya Vivi ketus. Saat itu,
mereka sedang didalam mobil, sepulangnya Vivi dari sekolah. Awalnya,
Pak Yudi tidak menanggapi pertanyaan anak majikannya itu. Namun,
karena terus didesak dengan nada yang ketus, akhirnya Pak Yudi
menjawab juga.

"Lha, mami kamu yang mau kok.", ujarnya enteng.
"Bohong ! Ga mungkin mami mau sama orang kayak kamu!", sahut Vivi ketus.
Pak Yudi terkekeh.

"Terserah nik. Mau percaya ya udah, ga percaya ya udah. Tapi lah wong
begitu kenyataannya.", ujar Yudi.
"Coba kamu pikir lah nik. Mana berani saya menggoda mami kamu kalo dia
nggak kasih tanda dulu."

"Maksudmu?", tanya Vivi lagi, masih dengan nada ketus.
"Ya mami kamu yang mau sama saya. Saya cuman melayani kemauan ibu saja.
Soalnya mami kamu kan ada kebutuhan, sedang bapak ngga bisa kasih.",
ujar Yudi.

"Awalnya mami kamu bilang cuman mau 'pegang2' saja. ya saya sih nurut aja
sama mami kamu. Ga tahunya kita maen beneran. Eh, Trus mami kamu
ketagihan ama saya.", ujarnya lagi, sambil tertawa ringan. "Mungkin saya
ini menarik dimata mamimu."

Yudi memang cukup ganteng. Usianya masih muda, sekitar 23 tahun.
Badannya cukup tegap dan berkulit gelap, mungkin karena dulu dia
pernah sebagai pekerja kasar seperti kuli bangunan / kuli angkut
barang di pasar induk (berjemur).

Vivi terdiam. Papinya memang jarang pulang dirumah. Suara bising
lalu-lintas samar-samar masih terdengar. Tak lama kemudian, mereka
sampai dirumah. Vivi segera masuk kedalam rumah, sedang Yudi membuka
bagasi mobil dan mengambil barang-barang bawaan Vivi dari sekolah
tadi. Cukup banyak barangnya, soalnya semuanya itu adalah untuk
keperluan bazaar di sekolah.

Setelah meletakkan tumpukan barang-barang tersebut digarasi,
Yudi menunggu Vivi diruang tamu bawah, menunggu kepastian mau disimpan
dimana peralatan masak tersebut. Setelah ditunggu selama beberapa
menit, nampaknya tidak ada tanda-tanda Vivi turun dari atas.
Tak sabar menunggu, dia lalu beranjak dari kursi dan naik keatas
menuju ke kamarnya Vivi.

Setelah pamit dan masuk kedalam kamar, Yudi melihat Vivi sedang duduk
termenung ditepi ranjang. Dia masih memakai seragam sekolahnya. Kondisi
mental Vivi saat itu sedang hancur. Dia tidak tahu lagi tentang panutan
hidup.

Yudi lalu ikutan duduk disampingnya. Entah kenapa tiba-tiba ada
keinginan dari dirinya untuk menikmati Vivi juga. Dia lalu
mengajak Vivi bercakap-cakap.

Perlahan tapi pasti, Yudi merasa "pertahahan" Vivi semakin mengendor.
Dia sudah bisa bercanda, walau masih dalam takaran yang minim.

Saya tidak tahu bagaimana ceritanya, yang pasti kemudian Yudi sudah
berhasil menciumi Vivi. Tangannya pun bergerilya, meremasi payudara
gadis cantik ini.

Yudi lalu pelan-pelan membuka kancing kemeja seragam sekolah Vivi.
Tak ada reaksi penolakan. Yudi semakin bersemangat. Setelah berhasil
melepas kemejanya, dia lalu memeluk Vivi dan menciuminya dengan penuh
nafsu. Vivi cuman diam saja sambil memejamkan mata, membiarkan
tubuhnya dijamah oleh supirnya ini.

untuk membaca lebih lanjut bisa membacanya disini
klik saja

Camp Mission

by cerita bokep.... | 00.51 in | komentar (0)

link downloadnya
disini

Stupid Siblings

by cerita bokep.... | 12.44 in | komentar (0)





dowload komik hentai
disini

sister

by cerita bokep.... | 12.36 in | komentar (0)

dowload komik hentai
disini

badut tawon

by cerita bokep.... | 11.10 in | komentar (0)

download disini

PENGALAMAN DEN KECIL

by cerita bokep.... | 22.31 in | komentar (0)

Siang itu sepulang dari sekolah aku langsung menuju rumah untuk bermain playstation yang baru dibelikan ayah untukku. Saat itu keadaan rumah cukup lengang karena ayahku berada di kantor sementara ibuku sedang mengunjungi saudaranya yang berada di luar kota selama tiga hari. Di rumah cuma ada seorang pembantuku yang sudah cukup tua usianya.

“Den kecil,” begitu pembantuku biasa memanggilku yang memang saat itu aku baru berusia 13 tahunan.

“Ada apa bik?”tanyaku.

“Begini den, tadi bibi dapet kabar dari orang rumah, katanya anak bibi yang kecil sakit panas jadi paling bibi harus cepat pulang sekarang.”

Aku pun jadi bingung lalu aku bilang,

”Bi' mendingan ngomongnya sama mbak Wi aja, mungkin bentar lagi dia pulang,” begitu jawabku.



Mbak Wi adalah adik dari ayahku yang tinggal bersama keluarga kami di Jakarta untuk bersekolah dan saat itu ia masih duduk di kelas 3 SMA. Ia juga seorang yang cantik dan sangat menarik karena banyak teman laki-lakinya yang berkunjung ramai-ramai untuk mengobrol dengannya di teras depan rumahku, atau mengajaknya pergi jalan-jalan bareng, tapi ia tidak pernah mau. Menurutku ia adalah seorang gadis baik-baik. Begitulah, akhirnya si bibi pun setuju dan ia menunggu sambil mempersiapkan barang bawaannya sementara aku sibuk bermain dengan playstation baruku.



Tak lama berselang terdengarlah bunyi bel dan si bibi kulihat dengan tergopoh-gopoh membuka pintu sambil berharap bahwa yang datang adalah mba Wi.

“Hai bi, ada apa? kok mukanya kusut begitu?”

Kudengar mba Wi berbicara dan bibi pun menceritakan apa yang terjadi.

“Oh, kalau gitu sebentar ya bi biar saya telepon bapak di kantor jadi bapak bisa memutuskan apa bibi boleh pulang atau tidak.”

Setelah itu kulihat mba Wi menelepon dan menceritakan semuanya pada ayahku di kantor dan akhirnya diputuskan bahwa si bibi boleh pulang selama tujuh hari dan kemudian harus kembali bekerja lagi. Mendengar hal itu terlihat si bibi senang sekali dan segera mengambil semua barang bawaannya yang tidak banyak karena sebagian besar barangnya masih ada di kamarnya, pamit padaku dan mba Wi lalu pergi. Dari sinilah cerita itu bermula…..



Aku masih saja asyik bermain dengan playstation baruku yang keren itu sampai aku benar-benar lupa bahwa aku belum mengganti baju seragam sekolahku sementara mba Wi sudah masuk ke kamarnya. Aku masih tenggelam dalam permainan playstationku sampai aku dikejutkan oleh suara keras mba Wi,

”Jooon, kamu benar-benar bandel ya!” masa pulang sekolah tidak ganti baju, cuci tangan dan cuci kaki, bagaimana sih kamu?”

Aku tersentak kaget dan hanya bisa berkata ,

”maaf mba Wi, Jon lupa.”

“kalau begitu sini mba Wi gantiin bajumu,”kata mba Wi sambil menuntunku ke kamarnya.



Aku heran mengapa ke kamarnya. Sesampainya di kamar mba Wi langsung mengunci pintu kamar lalu membuka baju dan celana seragamku sehingga saat itu aku telanjang bulat di hadapannya. Agak malu juga rasanya karena ia memandangi tubuh telanjangku dengan pandangan yang menurutku aneh. Aku bertanya

“mba Wi mana baju gantinya soalnya Jon mau cepat-cepat main playstation lagi di luar.”

“Sabar sayang,” begitu kata mba Wi dan ia melanjutkan

“Coba Jon duduk di ujung tempat tidurnya mba Wi yang dekat ke TV jadi Jon bisa nemenin nonton film bareng mba Wi.”

Segera aku duduk di ujung tempat tidur, kedua kakiku menjuntai ke lantai dan masih dalam keadaan telanjang bulat aku bertanya

“Memang kita mau nonton film apa mba Wi?”

Ia pun menjawab bahwa kita akan menonton film pendidikan. Tak lama setelah itu mba Wi membawa kaset video dan segera menyetelnya dan setelah itu ia duduk di sebelahku. Pertama ia duduk sambil satu tangannya dirangkulkan ke pundakku sementara yang satunya lagi mulai mengelus-elus paha kananku. Aku diam saja sambil menunggu munculnya gambar di TV.



Tak lama kemudian gambar di TV itupun muncul yang berarti film sudah dimulai. Aku melihat di film tersebut ada keluarga bule yang terdiri dari ayah! , ibu dan seorang anak perempuan kecil yang cantik yang umurnya sebaya atau mungkin lebih muda dariku sedang sarapan pagi, di mana ayah dan ibunya sudah siap dengan pakaian kerjanya untuk berangkat ke kantor. Persis ketika mereka mau berangkat bel pintu rumah berbunyi dan yang datang adalah pembantu rumah tangga mereka atau mungkin baby sitter entahlah pada saat itu aku tidak tahu, tapi yang jelas wanita remaja yang datang itu mengenakan semacam baju seragam.



Setelah kedua orang tua anak itu pergi, kulihat si wanita remaja tadi sibuk bebersih rumah dan…tiba-tiba, mba Wi mempercepat video tersebut karena katanya bukan ini yang akan diperlihatkannya padaku. Ia masih tetap mempercepat video tersebut sampai adegan di mana si wanita remaja tadi menggendong si anak perempuan kecil yang kali ini terbalut dengan handuk tersebut keluar dari kamar mandi menuju ke kamar orang tuanya yang terdapat tempat tidur besar. Wanita remaja tadi segera melepas handuk dan membaringkan tubuh si anak perempuan kecil telanjang tadi di tempat tidur dan mulai menciumi bibir si anak perempuan kecil tersebut sambil kulihat tangannya mengelus paha dan mulai memainkan kemaluan si anak dengan jarinya.



Baru kali ini aku melihat kemaluan anak perempuan kecil, masih gundul dan di tengahnya ada belahan yang bisa sedikit dilebarkan dengan jari. Aku bisa melihat semuanya dengan jelas karena sebelum itu kamera telah memperlihatkannya dari dekat. Kulihat mba Wi tersenyum sementara tangannya masih mengusap pahaku. Aku mulai bergerak kegelian saat jemarinya juga mulai memainkan burungku. Merasakan aku yang sudah mulai tidak tenang mba Wi berkata,

“Tenang kamu nikmati saja ini sangat enak kok.”

untuk membaca lebih lanjut bisa membacanya disini
klik saja

PESTA ANAK MUDA

by cerita bokep.... | 22.31 in | komentar (0)

Malam tahun baru 1998 yang lalu, gue diundang ke suatu pesta anak-anak muda kalangan the have. Pestanya diadakan di suatu villa di Curug Sewu, di kaki gunung Salak, jalan masuknya cuma buat satu mobil.

Kebetulan gue dan temen gue Ferry dateng yang paling belakang dan gue nggak nyangka waktu gue lihat mobil-mobil yang parkir di situ … Opel Blazer DOHC gue ternyata yang paling murah !!

Kita berdua langsung masuk ke villa yang paling besar, di sana sudah ada beberapa orang tamu … cowok cewek, semuanya anak muda dengan dandanan yang keren. Ferry langsung ngenalin gue ke tuan rumahnya, dia cewek dengan tubuh yang aduhai … umurnya kurang lebih 26 tahun, namanya Elena. Menurut Ferry, dia adalah anak seorang bankir di Jakarta.

Nggak lama kemudian, Elena ngebuka acara hura-hura ini …. Sambil makan Ferry bilangin gue kalau nanti jangan kaget, dengan bisik-bisik dia bilang, "Ndra, coba elo itung jumlah cowok sama ceweknya sama nggak ?". Selintas gue hitung dan ternyata jumlahnya nggak jauh beda, gue langsung nanya, "Emangnya kenapa Fer ?". Temen gue ini nyahutin dengan tenang, "Tenang aja Ndra, pokoknya elo puas lah !". Sehabis makan, gue nyari kenalan buat ngobrol dan ada seorang cewek yang menarik perhatian gue.

Nama cewek ini, Vinda … tingginya sekitar 158 cm, kulitnya putih dengan rambut sebahu. Dia memakai kaos yang ketat dengan belahan di dada yang cukup menantang kejantanan gue, buah dadanya nggak terlalu besar tapi bentuknya bagus. Yang paling bikin gue penasaran adalah pandangan matanya yang memperlihatkan hasrat bercinta. Untuk beberapa saat, kita berdua ngobrol kesana kemari … dan akhirnya gue tahu kalau dia baru berumur 22 tahun dan masih kuliah di suatu perguruan tinggi di daerah Kalibata.

Nggak berapa lama, suara musik disco berkumandang dan Elena berteriak lewat mike, "Dancing time, guys !!". Dan beberapa orang langsung turun berjoget, gue nggak tahan juga akhirnya … gue tarik Vinda turun ke lantai dansa. Ternyata dia seorang pe-disco yang hot, gerakan-gerakan tubuhnya bener-bener membangkitkan kejantanan gue. Beberapa kali buah dadanya di tempel dan digoyang-goyangkan di dada gue dengan sengaja, seolah nantang gue. Kurang lebih 1 jam kita berjoget, akhirnya kita mutusin untuk break dulu. Gue nawarin dia mau minum apa dan dia nyahut dengan nakal, "Gimana kalau whisky cola aja ?". Wah, gile juga nih cewek … abis kita minum-minum, ternyata lagunya diganti jadi slow and romantic dan Vinda langsung narik gue balik melantai. Dia langsung meluk gue … buah dadanya langsung terhimpit diantara kita berdua, dan membuat kemaluan gue menegang. Gue pikir si Vinda pasti ngerasa juga nih …. Akhirnya gue beraniin nyium belakang telinganya dan gue terusin ke lehernya, udah itu tangan kanan gue meremas dengan pelan pantatnya yang berisi dan Vinda cuma menggumam nikmat. Gerakan itu gue ulang beberapa kali, dan terasa desah nafasnya makin keras … akhirnya Vinda nggak tahan, bibir gue langsung di kulumnya … gue ngerasain lidah kita beradu. Buat makin ngerangsang, gue gesek-gesek kemaluannya pakai tangan gue.

untuk membaca lebih lanjut bisa membacanya disini
klik saja

pengalamanku dengan wira

by cerita bokep.... | 22.25 in | komentar (0)

Perkenalkan dulu, namaku Nina. Kisah ini kutulis untuk Pembaca. Maaf barangkali kisah ini tidak tersampaikan dalam bahasa yang bagus, karena aku tidak mempunyai pengalaman sedikitpun dalam hal tulis-menulis dan olah kata.


Sampai aku lulus SMA. Pada saat itu aku dilamar seorang pria yang masih ada ikatan saudara, sebut saja Mas Wira. Orangnya ganteng dan orangtuanya cukup kaya. Aku waktu itu baru berusia 19 tahun. Sebenarnya memang aku sudah naksir sama Mas Wira. Maka waktu aku dilamar, walaupun masih sangat muda, aku sih mau saja. Kupikir walaupun sekolah terus, toh nanti juga akan di rumah mengurus keluarga, karena Mas Wira tidak mengizinkan aku bekerja. Kasihan anak-anak katanya. Tentu saja yang paling penting, bagaimana setelah kami dikawinkan dan mengarungi hidup ini bersama Mas Wira.

Beberapa bulan sebelum perkawinan kami, dalam masa pacaranku yang singkat, aku mendapatkan pengalaman mengenai penis laki-laki. Pada hari libur aku dan Mas Wira sering berpergian berdua dengan sepeda motor. Tetapi pacaran kami yang nyerempet-nyerempet bahaya justru terjadi di rumah Mas Wira. Ciuman pertama berlangsung di gedung bioskop, waktu nonton berdua. Itupun belum dapat dinikmati betul. Tapi karena pertama kali rasanya luar biasa. Kalau untuk ukuran jaman sekarang, ciuman di bioskop itu rasanya lucu dan hambar. Kurang nafsu. Setelah menjadi suami istri aku sering diledek oleh suamiku mengingat ciuman di bioskop itu. Pertama kali aku melihat kemaluan laki-laki adalah punya Mas Wira. Hal itu terjadi waktu aku hanya berdua di rumah Mas Wira. Kami berdua ditinggal kondangan oleh orang tua Mas Wira. Kami berciuman sepuasnya dan Mas Wira meremas-remas buah dadaku dengan penuh nafsu. Karena nafsu semakin naik, Mas Wira sampai merogoh kemaluanku. Aduh rasanya takut-takut nikmat. Celana dalamku dipelorotkan sampai ke pahaku.
"Nin kamu pengin lihat punyaku nggak?" tanya Mas Wira. Aku diam saja, rasanya takut dan malu sekali. Tapi Mas Wira langsung membuka sarungnya dan melorotkan celana dalamnya. Aku kaget juga melihat penis Mas Wira yang tegang tegak berdiri. Kepalanya 'mbendol,' dan aku jadi teringat waktu aku melihat penis kuda waktu aku masih kecil. Kelihatan urat-uratnya menonjol di kiri-kanan batang penisnya. Tanganku dituntun Mas Wira untuk memegangnya. Aku segera menggenggamnya dan memijit-mijitnya. Aduuh, rasanya berdebar-debar sekali. Aku betul-betul telah memegang dan menggenggam penis laki-laki. Aku mengelus-elus kepalanya. Mas Wira menggeliat dan mendesis, "Aduuh geli... Nin", katanya. Saat itu kami hanya sampai memegang-megang saja. Kami belum berani bertindak lebih jauh. Itupun malam harinya aku teringat-ingat penis Mas Wira yang tegang dan besar. Apakah nanti muat kalau masuk ke vaginaku? Dan ini aku ketahui pada malam pengantin kami.

Setelah pesta selesai dan saudara-saudara telah pulang, baru terasa betul bahwa kami sangat capai dan mengantuk. Kami berdua masuk kamar pengantin kami. Karena sudah suami-isteri rasanya justru tidak malah santai dan tidak tergesa-gesa, tidak begitu menggebu-gebu untuk mulai bercumbu. Kami ganti pakaian, aku pakai daster dan Mas Wira pakai sarung dan kaos oblong. Kami berhadapan dan berciuman dengan mesra, saling meraba dan membelai. Entah siapa yang memulai, tahu-tahu dasterku telah terlepas, celana dalamku telah lepas pula, BH-ku telah jatuh. Mas Wira membuka sarung, celana dalam dan kaos oblongnya. Telanjang bulat berdua. Mas Wira sudah nafsu sekali. Aku dibaringkannya di kasur. Mas Wira menciumi seluruh wajah dan badanku dari atas sampai bawah. Tangannya berhenti di vaginaku, dielus, dibelai dikilik-kiliknya kelentitku. Liangku sudah basah. Tidak kalah semangat, penis Mas Wira kugenggam kuat-kuat dan kuelus-elus kepalanya. Mas Wira mulai menindihku, menciumiku. Ternyata berat juga!


untuk membaca lebih lanjut bisa membacanya disini
klik saja

TANTE PANG

by cerita bokep.... | 22.24 in | komentar (0)

Kisah ini berawal di kota kelahiranku . Kami bertetangga dengan sebuah keluarga Cina. Kami pindah kerumah itu ketika aku berusia enam tahun. Ayahku adalah pegawai negri sipil biasa dan oom Pang adalah juga PNS tetapi punya kedudukan yang tinggi. Oom Pang ini orang Cina peranakan Manado sedangkan tante Pang atau yang biasa dipanggil tante Soen adalah orang Cina peranakan Ternate.



Aku satu umur dengan anak gadisnya yang nomor empat dan kami satu sekolah. Dengan demikian kami tumbuh bersama menjelang masa remaja, hanya setamat SMP aku ke STM sedangkan Angela ke SMA. Aku suka main dirumahnya Angela. Tapi sejak aku di bangku kelas tiga SMP aku mulai tertarik kalau melihat tante Pang ini. Orangnya tinggi besar, wajahnya sebenarnya cukup cantik, hidungnya mancung dan bibir bibir yang sexy. Betis betis kakinya yang besar dan panjang itu juga berbentuk indah. Tetapi selama hidupku aku tak pernah melihat tante ini berhias diri. Ke Gerejapun tante hanya berdandan biasa saja tanpa make up yang berlebihan.



Setiap hari tante slalu bekerja didapur memasak. Tante senang padaku sebab aku suka menemaninya didapur dan kami mengobrol soal apa saja. Tante ini benar benar adalah seorang wanita yang polos dan suci hatinya menurut pandanganku. Tapi tante ini kalau duduk suka sembarangan dan inilah yang membuat aku jadi bernafsu padanya. Suatu hari aku meIihat tante memakai baju yang agak terbuka dan diketiaknya sudah sedikit sobek. Akibatnya tali bra nya yang warna hitam itu kelihatan bahkan sebagian samping dari toketnya yang putih dan besar itu juga kelihatan. Aku tak tahan melihat semua ini, sementara tantepun cuek saja sebab sibuk dengan pekerjaannya. Kebetulan saat itu tak ada siapa siapa didapur selain aku dan tante Pang ini. Beberapa butir peluhnya mengalir di wajahnya yang tak kenal lelah itu. Lehernya yang berisi nampak mengkilat oleh keringatnya. Pemandangan ini yang membangkitkan nafsu birahiku padanya.



Tiba tiba telefon berbunyi dan tante menyuruhku untuk angkat telefoon. Rupanya dari suaminya dari kantornya, mau bicara dengan mamanya. Lalu tante Pang datang mendekatiku, mengambil alih gagang telefoon itu sambil berdiri tepat disampingku dekat sekali hingga toketnya yang terbuka itu bisa aku lihat begitu jelasnya. Kulitnya masih mulus putih padahal usianya sudah empat puluh tahun waktu itu. Aku tak dapat menahan hatiku lagi. Sementara tante berbicara ditelefoon maka tanganku segra bereaksi mengusap pelan bagian dari toketnya yang nampak itu dan kuremas remas pelan. Aku merasa nikmat sekali bisa menyentuh kulit putih itu. Tante hanya menatapku tapi tak bereaksi apa apa dan kembali melanjutkan kerjanya.



Aku kembali mendekatinya dan tanganku kembali menyusup masuk lewat celah yang terbuka itu terus memegang buah dadanya dan meremas remasnya. Tante kaget dengan sikapku yang berani itu.

"Ce ngana anak kecil kenapa ramas ramas kita punya susu?". Tante bertanya dengan dialek Ternatenya.

"Tante punya susu itu bikin saya jadi nafsu" kataku dengan hati yang polos, walau hatiku berdebar juga. Tanganku masih saja menggerayangi toketnya yang besar itu. Bahkan ketika sampai keputingnya dan memintir mintir putingnya itu terasa putingnya tante tlah jadi tegang mengeras dan memanjang.



"Adooohh..!" tante Pang mengeluh sambil memerem matanya dan menegakan badannya. Rupanya ia juga merasa nikmat dengan permainan tanganku ini. Dan kuremas terus gumpalan daging putih yang masih kenyal itu. Tante Pang semakin mengerang. Kuraih kepalanya dan kucium bibirnya, walau aku sendiri masih bodoh dalam berciuman. Gigiku berbenturan dengan giginya tante, tapi cepat ku sambar bibirnya lagi. Tante tersandar dikursi menatapku nanar.


untuk membaca lebih lanjut bisa membacanya disini
klik saja

TITIN

by cerita bokep.... | 22.23 in | komentar (0)

Perkenalkan namaku Prihatin Pamungkas. Kenapa namaku seperti itu? Dan kenapa judulnya adalah tiga belas?

Ini ceritanya.

Aku akan menceritakan secara singkat saja. Aku adalah anak bungsu, dilahirkan pada bulan Desember tahun 1965 di kota kecil di ujung barat Jawa Barat. Kedua orang tuaku berasal dari Jogya, Jawa Tengah. Bapakku adalah seorang tukang kayu dan saat aku dilahirkan, bekerja pada saat PT Krakatau Steel didirikan. Setelah proyek selesai, bapakku bekerja di Departemen Penerangan, kota Serang. Tetapi malang G30S PKI terjadi dan bapakku yang tak tahu apa-apa ikut dibuang ke Nusa Kambangan, lalu ke P. Buru. Tinggallah ibuku yang sedang hamil tua mengandung aku dan kakakku satu-satunya. Akhirnya kakakku dititipkan kepada salah seorang tentara CPM sementara ibuku bekerja di penggilingan padi. Sebut saja nama perwira CPM itu Pak Broto.



Saat ibuku bekerja, tiba-tiba perutnya mulas dan tanpa sempat dibawa ke dukun beranak ataupun rumah sakit, maka lahirlah aku di lumbung padi dengan ditolong oleh beberapa pekerja penggilingan. Aku diberi nama Prihatin, sesuai dengan kondisi dan situasi saat itu. Oleh Pak Broto, ibuku ditolong dengan bekerja sebagai pembantu rumah tangganya, selama kurang lebih 8 bulan.



Dikarenakan Bapak Kusuma, adik dari Pak Broto yang tinggal di Jakarta membutuhkan pembantu, maka ibuku dimintanya dan ditarik ke Jakarta untuk menjadi pembantu di rumah Bapak Kusuma. Jadilah aku, kakakku dan ibuku hijrah ke Jakarta pada bulan Juli 1966 di rumah Bapak Kusuma di daerah Cilandak. Pak Kusuma adalah seorang perwira AL. Oleh Pak Kusuma, namaku diberi tambahan Pamungkas agar segala keprihatinanku segera berakhir. Tetapi pada tahun 1971, Pak Kusuma meninggal dunia karena sakit. Bu Kusuma memutuskan untuk kembali ke Jogya sedangkan anak-anaknya karena sudah berkeluarga semua akan tetap di Jakarta dan masing-masing sudah punya pembantu.



Akhirnya Bu Kusuma memberi ibuku uang yang cukup sebagai modal untuk usaha. Dikarenakan usia kakakku yang sudah 7 tahun lebih dan harus sekolah, maka kakakku dititipkan ke saudara bapakku yang kerja di Pemda di Rawamangun.



Akhirnya ibuku mengontrak rumah di daerah Terogong dekat Pasar Mede, dan membuka warung rokok kecil-kecilan di pinggir jalan Fatmawati. Jarak antara rumah kontrakanku dengan warung kira-kira 500 meter. Kontrakan itu milik orang Jakarta, ada 3 pintu, masing-masing ada dapur, 1 kamar tidur dan ruang tamu. Lantainya masih tanah. Sumur dan kamar mandinya hanya satu di belakang dipakai bersama-sama. Letak kontrakan tersebut di tengah kebun rambutan jauh dari tetangga. Sedangkan pemilik kontrakan, rumahnya cukup jauh sekitar 300 meter.



Masih sangat kuingat bahwa kami hanya tidur di dipan kayu beralaskan tikar tanpa kasur, piring makan hanya dua buah itupun dari kaleng, radio 2 band AM dan SW1, tak punya lemari pakaian. Pakaian kami hanya diletakkan di bawah tikar tempat tidur agar terlihat rapi.



Kontrakanku letaknya di tengah. Tetangga kiriku seorang tukang kayu yang kerjanya tidak tetap, sedangkan istrinya adalah tukang sayur keliling. Anaknya hanya seorang perempuan namanya Titin. Umurnya saat itu baru 5 tahun, lebih muda 1 tahun dariku. Anaknya hitam manis. Sedangkan sebelah kananku adalah Mbak Nunung yang kerjanya di toko pakaian di daerah Blok M. Umurnya sekitar 20 tahun. Putih, cantik dengan rambut panjang dan lesung pipitnya.



Aku dan Titin sangat dekat bagaikan saudara kandung. Itu dikarenakan kami sering main bersama, makan bersama, mandi bersama bahkan tidur siang pun kadang kami bersama. Anda mungkin sulit membayangkan bagaimana anak sekecil kami sudah harus mengurus diri sendiri. Tapi keadaanlah yang memaksa kami demikian.



Tahun 1972, aku sekolah di SD Negeri 01 yang letaknya kurang lebih 1 km dari rumah yang kutempuh dengan jalan kaki melewati persawahan dan kuburan. Sekolah dengan telanjang kaki adalah hal yang biasa pada saat itu. Begitu pula aku. Setiap hari sepulang sekolah aku ke warung ibuku untuk bantu-bantu, terkadang harus belanja dagangan ke pasar. Sehingga waktu untuk bermain sangat sedikit.



Hubunganku dengan Titin makin dekat saja karena kalau siang kami tak ada teman bermain. Hanya aku dan Titin. Teman sebenarnya sih banyak, hanya karena kami dari keluarga miskin, kami agak minder dan teman-teman kami pun sepertinya enggan berteman dengan kami. Tapi dalam halpelajaran sekolah, aku sama sekali tidak pernah ketinggalan. Aku selalu bersyukur, walaupun buku pelajaranku selalu pinjam dari teman yang satu angkatan diatasku dan belajar dengan lampu teplok, aku bisa sejajar dengan temanku yang lain. Bahkan aku selalu masuk dalam 10 besar. Hal itu berlangsung terus sampai aku kelas 2 SMP.



Hingga pada suatu saat ketika aku berumur 13 tahun. Aku telah selesai berbelanja keperluan warung untuk esok hari. Rokok, pisang, ubi, terigu, minyak tanah, minyak goreng dll. Oh ya, ibuku selain jualan rokok, juga jualan pisang goreng, ubi rebus, kacang goreng, kopi, teh dll.



Saat aku sedang istirahat, karena siangnya aku harus sekolah, aku mendengar suara erangan dari kamar sebelah kanan. Seperti orang menangis tapi kok intonasinya aneh.

"Kenapa Mbak Nunung ya.. apa sedang sakit perut?" pikirku.

Oh ya Mbak Nunung sekarang sudah janda. Suaminya meninggal tertabrak mobil 2 tahun yang lalu saat usia perkawinan mereka sekitar 6 bulan.



Penasaran kuintip lewat celah-celah bilik bambu. Aku kaget! Penasaran, pelan-pelan kubesarkan lubang mengintipnya, nah semakin jelas. Ternyata Mbak Nunung sedang bersenggama dengan lelaki yang tak kukenal. Mbak Nunung posisinya berada di atas lelaki itu. Kepalanya mengadah ke atas.Karena posisi mengintipku dari samping, maka yang kelihatan hanyalah payudara Mbak Nunung saja. Payudaranya kurasa cukup besar dan masih kencang itu berguncang-guncang. Mungkin karena Mbak Nunung janda yang belum punya anak, jadi payudaranya masih bagus. Umur Mbak Nunung saat itu sekitar 28 tahun. "Aduuhh.. shh.. sshh.. ooohh.. ooohh.." rintih Mbak Nunung. Lelaki itu memegangi pinggang Mbak Nunung, sedangkan pantatnya bergoyang-goyang.



Aku yang baru pertama kali melihat adegan itu secara live (walaupun cerita tentang hal itu sering kudengar dari teman-teman) membuatku makin deg-degan. Aku terus mengintip sementara tanpa kuperintah kemaluanku menegang keras. Kulihat frekuensi naik turun Mbak Nunung semakin cepat sambil mulutnya bicara yang tidak jelas. Lalu tiba-tiba Mbak Nunung mengeram panjang."Aaaa.. aaachchch.. hhuuu.." dan terlihat dia tergeletak lemas di atas laki-laki itu. Pelan-pelan aku turun dari dipan dengan kaki yang gemetaran.



Siang itu aku di sekolah banyak bengongnya, sehingga teman-temanku banyak yang bertanya kenapa aku ini, kujawab saja aku sedang tidak enak badan. Mungkin masuk angin.



Semenjak saat itu setiap ada suara-suara desahan dan kesempatan aku selalu mengintip aktifitas Mbak Nunung. Mbak Nunung liburnya tidak tentu. Terkadang Senin, kadang Selasa atau hari-hari yang lain. Jadwal desahan itu hampir bersamaan yaitu sekitar jam 10 pagi sampai jam 12 siang.Yang kuherankan, lelaki pasangannya sering berganti-ganti. Akhirnya aku tahu kalau Mbak Nunung itu biasa tidur dengan lelaki yang mau membayarnya. Pantas saja penjaga toko kok punya TV serta perabotannya lengkap dan bagus.



Mungkin awalnya Mbak Nunung biasa dibawa ke penginapan tapi karena dianggapnya kontrakan sepi, maka Mbak Nunung memutuskan main di kontrakan. Karena sudah beberapa kali aku melihat Mbak Nunung melakukan senggama, akhirnya aku tahu urut-urutannya. Pertama mereka saling cium, saling raba, saling remas, saling hisap lalu melakukan penetrasi disegala posisi. Aku tahu bentuk dari vagina Mbak Nunung yang berambut lebat.



Itulah yang membuatku mempunyai perasaan lain setiap melihat kawan dekatku, si Titin. Titin kini umurnya sudah 12 tahun, sudah kelas 1 SMP. Kami sekolah di tempat yang sama. Sama-sama masuk siang. Dia sekarang jauh lebih putih daripada dulu.



Hal-hal yang tadinya tidak begitu kuperhatikan pada Titin akhirnya kuperhatikan. Wajahnya yang oval, hidungnya yang agak mancung, giginya yang putih, bibirnya yang merah alami, alisnya yang cukup tebal, rambutnya dipotong pendek ternyata semuanya dapat nilai diatas rata-rata. Dadanya bagus tidak terlalu besar. "Kenapa baru sekarang aku perhatikan ya. Kenapa nggak dari dulu?" pikirku. Mungkin karena aku terlalu sibuk dengan urusanku, keluargaku, sekolahku. Padahal aku sering mengajarkan Matematika dan IPA kepadanya.



Suatu ketika, sewaktu kulihat ada Mbak Nunung di rumah sedang menerima tamu, kira-kira jam 10, aku tahu apa yang akan terjadi. Setelah kira-kira mereka masuk kamar, kupanggil si Titin. Saat itu dia sedang mencuci beras.



"Tin, sini deh. Mau lihat yang bagus nggak?" kataku.

"Lihat apa?" dia balik tanya.

"Pokoknya bagus deeehhh.." ajakku sambil menggandeng tangannya.



Sementara dia sedang jongkok, sekilas terlihatlah celana dalamnya yang berwarna putih di antara pahanya yang mulus. Pikiranku langsung ngeres. "Seperti apa ya isinya? Apa masih seperti dulu?"pikirku. Karena sejak umur 8 tahun kami tak pernah mandi bareng lagi. Malu katanya. Saat dia bangun, dadanya sempat tersentuh lenganku. Lunak dan lembut. Waahh, makin ngeres aja aku.



Setelah menyimpan bakul beras di rumahnya, dia pun masuk ke rumahku lewat pintu belakang."Sssttt.. jangan berisik ya.." kataku sambil menempelkan telunjukku ke bibirku.

"Kenapa?" tanyanya.

Aku dekatkan bibirku ke telinganya.

"Geser kalendernya, di situ ada lobang. Coba lihat ada apa.." bisikku.

Sementara itu sudah ada suara desahan-desahan halus dari kamar sebelah. Dia naik dipan perlahan-lahan. Digesernya kalender dan mulai mengintip. Reaksinya pertamanya adalah kaget dengan muka merah menatapku.

"Ada apa?" tanyaku berlagak bego.

"Mereka lagi ngapain?" tanyanya.

"Aduuhhh.. Titin ini belum ngerti atau pura-pura siihh.." batinku.

Aku langsung mengambil kesimpulan sendiri kalau Titin itu sama seperti aku dulu. Tidak tahu apa-apa tentang seks.

"Coba kamu lihat terus. Aku nggak ngerti makanya kupanggil kamu. Karena aku udah pernah liat tapi aku nggak tahu.." jawabku pura-pura bodoh.



Akhirnya Titin mengintip lagi. Selama Titin mengintip, kuperhatikan dia dari belakang agak ke kanan. Dia memakai daster tipis dengan lubang lengan yang agak lebar. Aku bisa melihat bulatan payudaranya yang tertutup kaos dalam agak kendor. Agak mengembung, putih, putingnya agak samar-samar karena dari samping. Kulihat pinggangnya agak ramping, bongkahan pantatnya yang cukup besar untuk anak seusianya. Sementara garis celana dalamnya terlihat jelas di balik dasternya yang biru tipis.



Nafas Titin kudengar makin cepat dan badannya agak gemetar. Cukup lama kira-kira 20 menit, sampai terdengar erangan panjang dari kamar sebelah. Akhirnya Titin duduk di dipanku. Wajahnya merah padam. Waahh.. makin cantik aja Titinku ini.

"Gimana Tin?" tanyaku.

"Tauk.. ah.. aku mau masak..!" sahutnya sambil berlari keluar.

"Dia kenapa ya..?" batinku.

Setelah itu aku bikin adonan kue, memotong-motong pisang, merebus ubi, lalu pergi mandi. Saat sedang berjalan ke kamar mandi, aku sempat melihat Titin sedang merenung di depan kompornya. Pasti gara-gara mengintip tadi.



"Ayoo.. ngelamun. Entar kemasukan setan loohhh. Mau sekolah nggak?" tanyaku.

Dia rupanya kaget saat kutanya begitu.

"Eh.. oh. Mas Pri aja dulu. Aku lagi nungguin nasi nich.. Nanti gosong.." sahutnya.



Dia selalu memasak sebelum berangkat sekolah supaya kalau ibunya pulang keliling menjajakan sayur, makanan sudah ada. Tinggal goreng lauknya saja. Kalau aku, pagi setelah minum teh, kubuka warung dan ibuku memasak setelah itu ibu ke warung, lalu menuliskan apa-apa yang perlu dibeli di pasar. Sepulang dari pasar kupersiapkan bahan-bahan untuk pisang goreng lalu dibawa ke warung. Aku selalu belajar di malam hari. Baik PR maupun belajar untuk esok harinya.



Selesai mandi aku ganti baju. Siap-siap mau sekolah. Kupakai sepatuku. Melihat sepatu itu aku tersenyum sendiri. Sepatu itu adalah hasil jerih payahku mengumpulkan kardus-kardus bekas dan menjualnya ke tukang pemulung yang tak jauh dari kontrakanku. Setelah selesai membungkus yang mau dibawa ke warung, aku teriak pada Titin.

"Tiinnn.. ayo berangkat..! Nanti telat lhoo.." teriakku.

"Sebentaaarrr.. Titin lagi pake sepatu.." sahutnya.



Tak lama Titin keluar. "Kok hari ini tambah cantik ya.." batinku.

Selama dalam perjalanan ke sekolah, Titin banyak diamnya dibandingkan hari-hari sebelumnya. Biasanya dia cerita tentang keadaan pasar Cipete dimana dia belanja sayur untuk dijual oleh ibunya (dia berangkat jam 4 pagi, pulangnya jam 6 sampai setengah tujuh. Setelah ibunya pergi berkeliling, dia tidur sebentar). "Mungkin karena pengalaman mengintip tadi.." batinku.

Pulang sekolah pun dia banyak diamnya. "Kenapa dengan Titinku ini.." batinku.

Sementara aku tinggal di warung untuk bantu ibu, dia langsung pulang seperti biasanya.



Malam harinya, saat aku sedang belajar, Titin datang menghampiriku.

"Mas Pri, ajarin Titin soal yang ini dooong.." pintanya sambil membawa buku Matematika-nya.

"Sebentar ya Mas selesaikan PR Fisika Mas dulu.." jawabku.

Setelah aku selesai, aku tanya apa PR-nya. Ah, ternyata hanya soal sinus, cosinus dan tangen saja. Itu soal mudah bagiku. Kujelaskan panjang lebar tentang hal itu. Dia memperhatikan dengan seksama. Memang si Titin itu termasuk anak yang pintar. Dia cepat menangkap apa yang kuterangkan. Mungkin guru di sekolah terlalu cepat mengajarnya atau kurang bisa memberi contoh yang dapat dimengerti. Selama aku menjelaskan, Titin sering memandangku. Aku bisa melihat jernih bola matanya walaupun ruangan hanya diterangi dengan lampu minyak.



Setelah jelas dengan keteranganku, dia mulai mengerjakan soal-soal PR-nya. Tak lama kemudian dia selesai dengan PR-nya dan kuperiksa ternyata benar semua. Mulailah kita mengobrolmacam-macam. Kami memang jarang sekali menonton televisi. Karena harus menunggu Mbak Nunung pulang kerja sekitar jam 9 malam terkadang lebih, atau ke rumah pemilik kontrakan. Ibuku sudah tidur sejak selesai sholat Isya. Begitulah cara ibuku untuk menjaga kondisi tubuhnya setelahseharian bekerja di pinggir jalan. Penyakit ibuku paling-paling hanya masuk angin. Setelah aku kerokin dan pijitin sudah sembuh. Begitu pula dengan ibu si Titin. Bapak si Titin saat ini sedang mendapat pekerjaan membangun rumah di Semarang sehingga pulangnya 1 bulan sekali. Oh.. bapak si Titin asalnya dari Purwokerto, sedang ibunya dari Ciamis. Jadi si Titin itu Janda(Jawa-Sunda).



Setelah ngobrol ngalor-ngidul, akhirnya sampai ke topik apa yang kita intip tadi siang. Ditopik ini aku merasakan penisku mulai mengeras. Apalagi Titin sering memandangku dengan pandangan yang terasa lain dibandingkan kemarin.



Dia bertanya, "Mas, apa ya.. kira-kira yang dirasakan Mbak Nunung tadi siang ya..? seperti kepedesan, seperti nangis.. tapi sepertinya Mbak Nunung sangat menikmati yaa.."

"Waahh kalau itu Mas nggak tau.. abis Mas belum pernah ya.. mana Mas tau.." jawabku.

"Tapi sewaktu Titin ngintip tadi, kok susu sama tempek Titin jadi gatel. Mau Titin garuk malu ada Mas Pri.. akhirnya Titin pulang. Terus Titin pipis, dan sewaktu cebok rasanya enaaak banget.." sahutnya.

Si Titin menyebut kelaminnya dengan sebutan "tempek".

"Terus Titin jadi bingung kenapa Titin ya.. perasaan itu baru pertama kali Titin rasakan.." sambungnya.



untuk membaca lebih lanjut bisa membacanya disini
klik saja